"4,7 GW tenaga surya akan dikembangkan hingga tahun 2030. Sementara target jangka panjang sekitar 421 GW atau 60% dari total kapasitas pada tahun 2060," jelasnya.
Di samping ide Super Grid, Arifin menekankan peran vital gas bumi sebagai bagian dari percepatan transisi energi bersih. Pemanfaatan gas bumi terus dioptimalkan melalui beberapa program, seperti pembangunan transmisi dan distribusi gas yang terintegrasi, pembangunan fasilitas infrastruktur (Floating Storage Regasification Unit, Kilang dan Terminal Liquid Natural Gas), gas kota, jaringan pipa, hingga konversi bahan bakar diesel menjadi gas di pembangkit listrik.
"Kami membuka peluang bagi perusahaan gas China untuk berinvestasi pengembangan gas di Indonesia," ungkap Arifin.
Lebih lanjut, dirinya juga menyampaikan pentingnya pengembangan ekosistem Kendaraan Listrik Berbasis Baterai (KBLBB). Apalagi Indonesia memiliki potensi besar dari sumber daya mineral, mulai dari nikel, bauksit, timah, maupun tembaga serta unit pemurnian (smelter) yang tengah digenjot di dalam negeri.
"Letak geografis yang menguntungkan bisa menjadikan Indonesia sebagai hub hilirisasi mineral dan industri teknologi energi bersih," tegasnya.
Pesatnya industri dan inovasi teknologi China digadang-gadang dapat memperkuat mitra kerja sama China-ASEAN sehingga memberikan manfaat terbaik bagi seluruh masyarakat. "Kolaborasi yang setara dan saling menguntungkan dengan calon mitra negara sangat penting untuk mengembangkan industri hilir," ujar Arifin.
(FRI)