Khusus untuk pencopotan Mendag M. Lutfi para mahasiswa menilai hal ini layak, karena kebijakan harga eceran tertinggi (HET) minyak goreng sebesar Rp 14.000 per kilogram yang dihapus oleh M. Lutfi. Hal ini dinilai mahasiswa kian mencekik rakyat, apalagi seiring kenaikan harga pangan lainnya menjelang bulan Ramadan. Sehingga mereka menganggap Mendag M. Lutfi yang paling bertanggungjawab dalam persoalan minyak goreng ini.
"Pencabutan HET minyak goreng, yang kedua ada dua orang ibu - ibu di Kalimantan, yang meninggal dunia karena antri minyak goreng. Itu yang melatarbelakangi kita melakukan aksi hari ini," katanya.
Dirinya juga menyatakan, aksi dorong yang terjadi karena pimpinan DPRD Kota Malang yang seharusnya menemui para mahasiswa beraudiensi ternyata tidak kunjung keluar. Justru yang terjadi adalah tiga anggota DPRD Kota Malang yang merupakan alumni HMI Malang raya, yang diajukan beraudiensi dengan para mahasiswa.
"Pimpinan sengaja mengadu-domba kami dengan alumni. Maka kami tolak, kami ingin pimpinan menemui untuk audiensi langsung karena Ketua DPRD yang sedang berada di Surabaya," ungkapnya.
Mereka juga mengancam bila aspirasinya tak didengar, para mahasiswa akan kembali melakukan aksi yang lebih besar. Terlihat hingga Selasa siang sekitar pukul 14.00 WIB, massa aksi masih terus bertahan di depan DPRD Kota Malang. Sementara itu, ratusan aparat kepolisian baik yang berpakaian dinas maupun preman, juga tetap bersiaga mengamankan area sekitar gedung legislatif. (TYO)