Artinya, minyakita memang dibeli oleh masyarakat kurang mampu namun lebih memilih membeli di ritel modern karena jaraknya lebih dekat dengan rumah.
"(Konsumen yang membeli) premium tetap membeli premium. Karena apa, mereka sudah biasa pakai minyak goreng itu, nah mereka mau shifting ke Minyakita itu rasanya bisa beda, atau kualitas makananya bisa beda, mana mau. Jadi alasan terjadi shifting tidak terjadi. Saya enggak tahu di luar ritel. Tapi kalau shifting konsumen yang minyak goreng premium ke Minyakita itu tidak ada datanya," tegasnya.
Roy menjelaskan, minyakita laris manis di ritel modern sebelum pelarangan pemerintah karena segmentasi konsumen ritel modern sekitar 15-20 persen menengah ke bawah dan letak rumahnya tidak jauh dari ritel modern.
"Yang rumahnya deketan dengan supermarket, ngapain beli jauh-jauh beli Minyakita," ucapnya.