“Sebagian dari 26 kasus mutasi baru di negara kita adalah pekerja migran yang pulang ke Indonesia dengan pesawat terbang. Sudah menjadi semacam “best practice” kalau ditemui seorang kasus penyakit menular seperti Covid-19 ini di pesawat maka semua yang duduk dua baris di depan dan dua baris di belakangnya juga turut diperiksa,” kata Tjandra.
Tjandra pun mengingatkan pada kejadian kasus para pemain bulutangkis yang akan bermain di All England beberapa waktu lalu. “Kita ingat kasus pemain All England kita pada Maret 2021 yang pesawatnya ada kasus Covid-19 dan akhirnya mereka terpaksa harus dikarantina walau semua sehat-sehat saja dan sudah siap untuk bertanding,” katanya.
Oleh karena itu, Tjandra meminta dilakukan analisa genomik lebih mendalam terhadap mutasi Covid-19 yang ditemukan di Indonesia. “Sehingga yang B1617 misalnya, dapat diketahui apakah termasuk subtipe B1617.1, B1617.2 dan B1617.3, yang masing-masing berbeda perangainya dan kemungkinan bahayanya bagi manusia. Di Inggris, jumlah B1617.2 meningkat dua kali lipat, mulai dari 1.313 pada Kamis 13 Mei menjadi 2.323 kasus pada Senin 17 Mei 2021,” katanya.
Tjandra mengatakan bahwa mutasi Covid-19 akan bisa berkembang dan berubah, sehingga perlu diwaspadai dan diantisipasi. “Mutasi dan berbagai hal lain tentang Covid-19 nampaknya masih mungkin berkembang dan berubah, dan tentunya perlu kita waspadai dan antisipasi,” paparnya. (TIA)