"Pemerintah Thailand sudah pada keputusan final, tidak mau lagi menginjeksi TG. Bahkan tiga tahun lalu pemerintah sudah memutuskan tidak mau lagi menjadi pemegang saham mayoritas. Dilakukanlah divestasi dari 51 persen ke 47,8 persen. Sementara Garuda melayang-layang dengan benang putusnya," katanya.
Dengan divestasi itu pemerintah mengeluarkan Thai Airways dari daftar BUMN-nya. Divestasi itu dilakukan dengan cepat. Saat status TG diubah, maka perusahaan pun melantai ke pasar modal. Dahlan mencatat, tidak rumit mendivestasi saham di pasar modal.
"Utang TG memang sangat besar, juga sebesar gajah bengkak. Bengkaknya lebih besar sekitar Rp 100 triliun. Lebih besar dari GA yang Rp 70 triliun.
Berbagai upaya menyelamatkan TG sudah dilakukan pemerintah Thailand. Jalur-jalur yang rugi sudah dihapus. Gaji dipangkas dan jumlah karyawan pun dikurangi hingga 6.000 orang.
TG sudah tidak punya lagi rute penerbangan ke Amerika. Padahal, industri penerbangan ini sukses. Bahkan, jauh lebih sukses dari Garuda Indonesia. Dimana, TG pernah memiliki penerbangan nonstop jarak jauh baik dari Bangkok ke New York dan dari Bangkok ke Los Angeles.