sosmed sosmed sosmed sosmed
get app
Advertisement

Nasib Hilirisasi Nikel RI usai BASF dan Eramet Batalkan Proyek Sonic Bay Senilai Rp42,7 Triliun

Economics editor Maulina Ulfa
26/06/2024 16:21 WIB
Dua perusahaan asal Eropa, BASF SE dan Eramet SA, membatalkan rencana investasi hingga USD2,6 miliar setara Rp42,71 triliun (kurs Rp16.429 per USD).
Nasib Hilirisasi Nikel RI usai BASF dan Eramet Batalkan Proyek Sonic Bay Senilai Rp42,7 Triliun. (Foto: Reuters)
Nasib Hilirisasi Nikel RI usai BASF dan Eramet Batalkan Proyek Sonic Bay Senilai Rp42,7 Triliun. (Foto: Reuters)

IDXChannel - Dua perusahaan asal Eropa, BASF SE dan Eramet SA, membatalkan rencana investasi hingga USD2,6 miliar setara Rp42,71 triliun (kurs Rp16.429 per USD) untuk membangun proyek smelter nikel-kobalt di Indonesia.

Rencana keduanya berbalik arah setelah melambatnya pertumbuhan penjualan kendaraan listrik (EV) sehingga mengurangi permintaan bahan baku.

Ketersediaan nikel berkualitas secara global untuk kebutuhan baterai EV juga telah meningkat sejak proyek ini digagas.

Hal tersebut disampaikan BASF pada Senin (24/6/2024) dalam sebuah pernyataan.

Lonjakan penjualan kendaraan listrik juga meredup dalam setahun terakhir, sehingga menyebabkan penurunan harga nikel dan kobalt.

BloombergNEF bulan ini juga memangkas perkiraan penjualan baterai-listrik sebesar 6,7 juta kendaraan hingga 2026.

Perlambatan tersebut terutama terjadi di Eropa yang merupakan pangsa pasar dalam negeri BASF, dan Amerika Serikat (AS).

Perusahaan-perusahaan termasuk Volkswagen, Stellantis, dan Mercedes-Benz juga dilaporkan Bloomberg telah mengurangi atau mengalihkan proyek baterai.

BASF pada 2020 mengumumkan rencana untuk berinvestasi sebesar USD2,6 miliar di pabrik nikel-kobalt Indonesia bersama dengan produsen nikel berbasis Prancis, Eramet.

Pada saat itu, melonjaknya penjualan kendaraan listrik membuat harga logam baterai melonjak, sehingga memicu kekhawatiran akan kelangkaan baterai.

Harga sejumlah logam pembuat baterai EV kini telah merosot karena meningkatnya produksi nikel dan kobalt dari Indonesia, sementara produsen mobil dan pemasok bahan mentah semakin membatalkan rencana ekspansi ambisius mereka.

Harga Nikel alam Tren Turun

Harga nikel di London Metal Exchange (LME) dalam tren turun menjelang berakhirnya semester pertama 2024.

Nikel turun di kisaran USD17.250 per ton, membalikkan tren setelah mencapai level tertinggi dalam 9 bulan sebesar USD21.615 per ton yang dicapai pada Mei lalu.

Sejumlah faktor global membuat harga nikel gagal mempertahankan level resisten USD19.000 karena banyak manajer dana investasi melikuidasi posisi buy di tengah menguatnya dolar AS dan lemahnya data manufaktur China.

Meskipun adanya kebijakan penurunan suku bunga Bank Sentral Eropa, terhentinya produksi di Kaledonia Baru, dan potensi penghentian izin di Indonesia, namun tak banyak membantu harga Nikel tetap bertahan naik.

Para analis memperkirakan tantangan yang sedang berlangsung akibat kelebihan pasokan pasar, memperkirakan total stok nikel primer akan mencapai level tertinggi dalam empat tahun pada tahun ini, sehingga membatasi pemulihan harga yang signifikan hingga sisa 2024.

Menurut proyeksi analis CGS International, harga nikel LME diperkirakan akan berada di sekitar USD17.500 per ton untuk sisa 2024.

“Kami netral terhadap sektor nikel, dengan mempertahankan asumsi harga nikel LME USD17.500 per ton, NPI USD12.000 per ton dan nikel sulfat USD15.000 per ton,”tulis CGS International pada Selasa (25/6).

Dari sisi penjualan EV, Global EV Outlook 2024 dari The International Energy Agency (IEA) memproyeksikan penjualan kendaraan listrik secara global bisa mencapai 17 juta pada 2024, yang berarti lebih dari satu dari lima mobil yang terjual di seluruh dunia adalah kendaraan listrik.

Meningkatnya permintaan akan kendaraan listrik yang ramah lingkungan dan murah selama sisa dekade ini digadang akan mengubah industri otomotif global secara menyeluruh.

Pada 2035, IEA bahkan memproyeksikan 50 persen dari seluruh mobil yang dijual secara global adalah kendaraan listrik, sehingga mengurangi permintaan minyak antara 6-10 juta barel per hari, setara dengan jumlah yang saat ini digunakan untuk transportasi darat di AS.

Dalam catatan PwC, dilaporkan bahwa pertumbuhan kendaraan jenis BEV melambat, sementara kendaraan listrik jenis PHEV kembali bangkit dan tumbuh hampir 57 persen secara global pada kuartal I-2024.

Sejauh ini, China masih menjadi pendorong terbesar pasar EV, sementara AS mendapatkan momentum berkat booming kendaraan listrik jenis PHEV.

Namun, PwC mencatat, penjualan BEV di Jerman merosot 14 persen pada kuartal pertama 2024, dengan Inggris menyalip Jerman sebagai pasar penjualan terbesar jenis kendaraan ini di Eropa.

PwC juga menyebut Eropa bisa menjadi pengimpor bersih suku cadang mobil dan sel baterai pada awal 2025.

Dengan China yang menguasai pangsa pasar EV, ini membuat persaingan dengan negeri Tirai Bambu dibidang kendaraan listrik semakin memanas.

Hal ini terlihat dari upaya Uni Eropa dan AS yang berupaya menaikkan tarif masuk impor EV dari China ke wilayah tersebut.

Di Asia, penjualan BEV domestik China meningkat sebesar 14,8 persen pada kuartal pertama 2024 dibandingkan dengan periode yang sama 2023.

Namun, pertumbuhan ini tidak seberapa dibandingkan dengan peningkatan pasar PHEV, di mana penjualan terus meningkat, naik sebesar 76,7 persen dari Q1 2023.

Total pasar kendaraan listrik di kawasan ini tumbuh sebesar 31,2 persen pada Q1 2024, sedangkan pasar mobil konvensional menurun sebesar 4,3 persen.

Sonic Bay dan Cita-Cita Hilirisasi Nikel

Sonic Bay merupakan salah proyek smelter nikel-kobalt untuk bahan baku baterai kendaraan listrik di Kawasan Industri Teluk Weda, Maluku Utara.

Proyek ini awalnya ditargetkan untuk berproduksi pada 2026 mendatang.

Melansir Kementerian Investasi Indonesia/BKPM, proyek BASF-Eramet yang dihentikan dikenal sebagai proyek Sonic Bay. Smelter ini dulunya diproyeksi menghasilkan sekitar 67 ribu ton nikel dan 7,5 ribu ton kobalt per tahun.

Melansir dari Statista, produksi nikel Indonesia diperkirakan mencapai 1,8 juta metrik ton pada 2023. Angka ini menandai puncak produksi nikel dan mengukuhkan posisi Indonesia sebagai produsen nikel terbesar di dunia. (Lihat grafik di bawah ini.)

Indonesia sebelumnya berambisi menjadi pusat global dalam rantai pasokan kendaraan listrik dan telah menjadi tuan rumah bagi sejumlah proyek yang banyak di antaranya didukung oleh China untuk memproduksi nikel sebagai bahan baku baterai EV.

China diketahui selama ini memberikan insentif yang kemungkinan berjumlah puluhan miliar dolar ke Indonesia dan kini dapat memproduksi baterai jauh lebih banyak dari yang dibutuhkan, sehingga menurut BNEF hal ini menurunkan harga baterai.

Melansir Mining.com, China menjadi pemain EV yang sangat berkeinginan untuk melakukan investasi besar-besaran di Indonesia, membangun pabrik peleburan alias smelter dan menggunakan teknologi mereka untuk memproduksi nikel berkualitas baterai dengan harga murah, meskipun dengan dampak yang sangat buruk terhadap lingkungan.

Kondisi ini telah menjatuhkan harga nikel dan memaksa penutupan tambang global, salah satunya milik perusahaan tambang berbasis Australia, BHP.

Impor nikel matte China juga dilaporkan melonjak dari 108.000 ton pada 2020 menjadi 300.500 ton pada 2023, dengan Indonesia menyumbang 93 persen dari total impor tersebut. Impor nikel jenis Mixed Hydroxide Precipitate (MHP), tumbuh dari 336.000 ton pada 2020 menjadi 1,32 juta ton pada tahun lalu, 63 persen di antaranya berasal dari Indonesia.

“Indonesia kini memiliki tiga pabrik yang mampu memproduksi 164.000 metrik ton per tahun MHP, bahan antara nikel yang cocok untuk produksi baterai,” kata Perwakilan Dagang AS Katherine Tai.

Menurut The Oregon Group, pada 2023 setidaknya terdapat 43 fasilitas peleburan nikel yang beroperasi, 28 sedang dibangun dan 24 lainnya sedang direncanakan di Indonesia.

Indonesia kini menjadi produsen nikel terbesar di dunia, menambang 37 persen pasokan global dan diperkirakan akan meningkat menjadi dua perlima pada 2030, menurut Benchmark Mineral Intelligence dalam sebuah artikel. (ADF)

Halaman : 1 2
Advertisement
Advertisement