"Intinya kami konsen untuk layanan KRL yang tidak boleh putus, itu ada 1 juta penumpang yang setiap hari harus dilayani," sambungnya.
Sehingga jika tidak ada substitusi dari pengadaan KRL bekas dari Jepang tersebut khawatirnya akan berdampak pada penumpukan penumpang yang mengantre di stasiun. Karena kereta yang beroperasi akan semakin sedikit.
"Kita sudah pesan ke INKA tapi baru bisa selesai dalam kurun waktu 2-3 tahun, makannya kami memberikan rekomendasi teknis untuk bisa dilakukan impor kereta bukan baru dari Jepang, tapi ini hanya solusi sementara," kata Adita.
Menurutnya, kalaupun impor kereta bekas dari Jepang itu jadi, maka PT KCI juga tidak bisa langsung menggunakannya. Sebab butuh beberapa perbaikan yang akan disesuaikan dengan kondisi di Indonesia.
Proses reparasi tersebut yang dianggap bakal meningkat TDKN (Tingkat Kompenen Dalam Negeri) meskipun pengadaannya berasal dari impor. Karena beberpaa kompenen yang diganti diambil dari produsen dalam negeri.