IDXChannel - Krisis kenaikan harga komoditas memberi dampak terhadap sejumlah negara di Asia, termasuk Nepal. Pemerintah pun meminta warga yang tinggal di luar negeri alias perantau agar menyimpan uang mereka di bank domestik.
Menteri Keuangan Nepal Janardan Sharma menuturkan hal ini merupakan langkah pemerintah untuk memastikan sistem keuangan memiliki likuiditas yang cukup, serta untuk menjaga cadangan devisa negara, dikutip dari Reuters, Minggu (17/4/2022).
Negeri yang berbatasan antara China dan India itu sedang memberlakukan pembatasan impor barang mewah sebagai langkah mengendalikan capital outflow. Cadangan devisa mereka turun lebih dari 18 persen mencapai USD9,6 miliar hingga Maret 2022, yang cukup untuk membiayai sekitar enam bulan impor.
Dengan menyimpan uang di dalam negeri, para perantau dinilai dapat memperbaiki koneksi dengan lembaga keuangan domestik sekaligus mendapatkan keuntungan dari bunga 6 - 7 persen yang ditawarkan oleh bank Nepal.
Pengiriman uang dari para tenaga kerja luar negeri juga dirasa mendesak untuk pembayaran eksternal. Namun, saat ini dana masuk dari luar negeri mengalami penurunan 3,0 persen menjadi USD5,3 miliar per Maret 2022.
Sejak pandemi muncul tahun 2020, sektor pariwisata Nepal merosot tajam. Pendakian Himalaya dikabarkan juga sempat ditutup akibat penyebaran Covid-19.
Sharma mengatakan jika sekitar 100.000 warga Nepal yang tinggal di luar negeri masing-masing mendepositokan USD10.000 di bank Nepal, hal itu dinilai dapat membantu Nepal mengatasi kendala likuiditas saat ini.
Sembari menunggu kepedulian warga negaranya, Nepal memutuskan untuk menerima bantuan dari Amerika Serikat sebesar USD659 juta, dan sekitar USD150 juta dalam bentuk pinjaman lunak dari Bank Dunia.
Sedangkan di tengah lonjakan harga bahan bakar dan sembako, Sharma membantah bahwa krisis yang dihadapi Kathmandu saat ini mirip seperti Sri Lanka. Saat ini, negara di Asia Selatan itu tengah menghadapi krisis ekonomi terburuk dalam beberapa dekade, ditambah protes anti-pemerintah. (FHM)