"Selain itu, perjanjian dagang juga dapat membuat akses bahan baku menjadi lebih murah dan lancar, sesuatu yang akan sangat membantu memberikan nilai tambah pada produk Indonesia," kata Hasran.
Lebih lanjut dia mengemukakan, kinerja perdagangan Indonesia sangat bergantung pada kondisi global. Fluktuasi harga komoditas ekspor utama Indonesia sangat tergantung pada kondisi ini dan hal ini menyebabkan nilai ekspor Indonesia mengalami kenaikan walaupun secara volume mengalami stagnasi.
"Diperkirakan kenaikan ekspor ini akan berakhir ketika harga-harga komoditas ini kembali ke titik normal," ungkap Hasran.
Selanjutnya, pemerintah juga perlu mempermudah proses impor untuk bahan baku untuk menggerakkan industri. Untuk itu, penurunan nilai impor, terutama pada bahan baku industri, seharusnya dilihat sebagai sebuah peringatan.
Neraca perdagangan Indonesia mengalami surplus sejak Februari 2020. Di tahun 2022, total nilai ekspor Indonesia antara Januari dan Juli sebesar USD 219,35 miliar. Sedangkan nilai impornya mencapai USD 178,96 miliar.