sosmed sosmed sosmed sosmed
get app
Advertisement

Neraca Dagang RI Surplus USD4,99 Miliar, Ini Tanggapan Pengamat

Economics editor Advenia Elisabeth/MPI
19/10/2022 08:34 WIB
Neraca perdagangan Indonesia mengalami surplus sejak Februari 2020
Neraca Dagang RI Surplus USD4,99 Miliar, Ini Tanggapan Pengamat (FOTO:MNC Media)
Neraca Dagang RI Surplus USD4,99 Miliar, Ini Tanggapan Pengamat (FOTO:MNC Media)

IDXChannel  - Badan Pusat Statistik atau BPS mencatat neraca perdagangan Indonesia pada September 2022 mengalami surplus USD 4,99 miliar. 

Neraca perdagangan ditopang oleh ekspor sebesar USD 24,8 miliar. Menanggapi hal itu, Peneliti Center for Indonesian Policy Studies (CIPS) Hasran mengatakan, adanya surplus neraca perdagangan bukanlah ukuran performa ekonomi sedang berjalan dengan baik. 

Hal ini harus dilihat secara detil pada ekspor impor setiap komoditas. "Pemerintah perlu mengutamakan perdagangan terbuka atau open trade dengan tidak melupakan kepentingan kelancaran rantai pasok dalam negeri yang dapat mendukung perekonomian di daerah," ujar Hasran dalam keterangannya, Rabu (19/10/2022).

Lanjutnya, kerja sama perdagangan perlu diperluas, dengan tidak hanya menyasar negara-negara tujuan tradisional, seperti Amerika Serikat, China dan Jepang, tetapi juga ke negara-negara non-tradisional, seperti Pakistan, Palestina, Chile dan Mozambique.

Ketika perdagangan dengan negara-negara tradisional dilakukan dalam skema Free Trade Agreement, maka Indonesia juga perlu melakukan hal yang sama dengan negara-negara non-tradisional. Free Trade Agreement ini akan menghilangkan tarif dan mengurangi hambatan non-tarif yang selama ini membuat produk-produk Indonesia sulit bersaing di pasar non-tradisional.

"Selain itu, perjanjian dagang juga dapat membuat akses bahan baku menjadi lebih murah dan lancar, sesuatu yang akan sangat membantu memberikan nilai tambah pada produk Indonesia," kata Hasran. 

Lebih lanjut dia mengemukakan, kinerja perdagangan Indonesia sangat bergantung pada kondisi global. Fluktuasi harga komoditas ekspor utama Indonesia sangat tergantung pada kondisi ini dan hal ini menyebabkan nilai ekspor Indonesia mengalami kenaikan walaupun secara volume mengalami stagnasi.

"Diperkirakan kenaikan ekspor ini akan berakhir ketika harga-harga komoditas ini kembali ke titik normal," ungkap Hasran.

Selanjutnya, pemerintah juga perlu mempermudah proses impor untuk bahan baku untuk menggerakkan industri. Untuk itu, penurunan nilai impor, terutama pada bahan baku industri, seharusnya dilihat sebagai sebuah peringatan.

Neraca perdagangan Indonesia mengalami surplus sejak Februari 2020. Di tahun 2022, total nilai ekspor Indonesia antara Januari dan Juli sebesar USD 219,35 miliar. Sedangkan nilai impornya mencapai USD 178,96 miliar. 

Sektor non-migas mendominasi 94,46% total ekspor selama Januari-September 2022. Sedangkan sektor migas hanya 5,54%. Jika dilihat dari strukturnya, sektor non-migas juga dapat dibagi menjadi tiga, yaitu Industri pengolahan (manufaktur), pertanian dan pertambangan.

"Industri pengolahan (manufaktur) adalah sektor non-migas terbesar dengan sumbangsih ekspor diatas 70%. Industri pengolahan (manufaktur) juga merupakan sektor non-migas dengan kontribusi impor tertinggi," jelasnya. 

(SAN)

Halaman : 1 2 3
Advertisement
Advertisement