"Negara memiliki alasan untuk campur tangan, memenangkan hati kelas menengah dimulai dengan menyediakan perumahan yang lebih terjangkau, tapi metode untuk mendinginkan pasar yang terlalu cepat dan terlalu kejam akan menjadi bumerang," lanjut Keyu Jin.
Ekonom Oxford Economics, Tommy Wu menambahkan, saat ini Beijing juga telah mengambil langkah-langkah untuk meningkatkan ekonomi secara lebih umum, seperti menurunkan suku bunga dan meluncurkan stimulus, termasuk pengumuman kredit baru 300 miliar Yuan (USD44 miliar) minggu lalu melalui bank-bank kebijakan yang dikelola negara.
“Kami berharap dana tambahan akan diatur untuk mendukung penyelesaian rumah yang belum selesai,” kata Wu.
Upaya China untuk menopang pasar pada akhirnya mungkin terbatas. China bakal mengalami dilema, berpegang pada kebijakan "tiga garis merah" dan perkataan Presiden China, Xi Jinping yang menyebut rumah untuk ditinggali, bukan untuk spekulasi, atau membiarkan untuk pertumbuhan ekonomi.
"Pembuat kebijakan China sekarang menghadapi dilema apakah akan melanjutkan tindakan keras mereka terhadap real estate atau sebaliknya demi pertumbuhan," jelas Wu.
“Itu juga akan memalukan secara politik karena akan terlihat seperti pembalikkan atau pengakuan kesalahan," pungkasnya.
(FAY)