Kesepakatan tersebut menyebabkan adanya total pemotongan 3,66 juta bpd, atau setara dengan 3,7% dari permintaan global, menurut perhitungan Reuters. Sehingga pengurangan ini diprediksi dapat menaikkan harga minyak sebesar USD 10 per barel.
Pemerintah AS berpendapat langkah tersebut tidak masuk akal, mengingat dunia membutuhkan harga yang lebih rendah untuk mendukung pertumbuhan ekonomi dan mencegah Presiden Rusia Vladimir Putin mendapatkan lebih banyak pendapatan untuk mendanai perang Ukraina.
"Kami tidak berpikir pemotongan disarankan pada saat ini mengingat ketidakpastian pasar, dan kami telah menjelaskannya," kata juru bicara Dewan Keamanan Nasional AS.
Pada Oktober 2022 OPEC+ telah menyetujui pemotongan produksi sebesar 2 juta barel per hari dari November hingga akhir tahun, sebuah langkah yang membuat marah AS karena pasokan yang lebih ketat meningkatkan harga minyak.
(DES)