Sejumlah negara anggota OPEC mengindikasikan tidak terlalu mempercayai prospek yang dirilis sekretariat organisasi tersebut. Banyak dari mereka yang menunda rencana untuk memulihkan produksi minyak meski perkiraan OPEC menunjukkan defisit pasokan yang besar.
OPEC dan sekutunya berencana menghentikan pemangkasan produksi sebanyak 2,2 juta barel per hari secara bertahap mulai Desember, dua bulan lebih lambat dari yang direncanakan semula. Pengamat pasar seperti JPMorgan dan Citigroup skeptis rencana tersebut akan dilanjutkan mengingat masih lesunya ekonomi China dan terus melimpahnya stok minyak Amerika Serikat (AS).
Meskipun harga minyak mentah telah didorong oleh konflik di Timur Tengah, pada harga USD77 per barel, harga tersebut masih terlalu rendah untuk beberapa negara anggota OPEC plus. Upaya kartel tersebut untuk mengerek harga terhambat negara anggota yang enggan melakukan pemangkasan produksi, terutama Irak, Kazakhstan, dan Rusia.
Aliansi tersebut dijadwalkan bertemu pada 1 Desember untuk mempertimbangkan kebijakan produksi untuk tahun 2025. (Wahyu Dwi Anggoro)