"Keempat yaitu perusahaan penerbangan tidak perlu direksi yang pintar-pintar. Tapi yang dibutuhkan mental kerja keras, berdedikasi tinggi, dan bersikap profesional. Biasanya yang pintar suka korupsi," ujarnya.
Sementara itu, Pengamat Ekonomi Indef Nailul Huda mengatakan, secara industri transportasi udara memang terpuruk sekali. Sektor ini terkontraksi hingga -52 persen pada triwulan pertama 2021. Sebelumnya lebih parah.
"Jadi tanpa ada permintaan industri ini akan mengalami kegagalan yang lebih cepat dibandingkan dengan industri lainnya. Jalan efisiensi operasional menjadi salah satunya. Pengurangan karyawan harusnya menjadi jalan terakhir. Sebaiknya dicoba dulu pengurangan rute penerbangan yang kurang potensial," ujar Huda dihubungi terpisah.
Kondisi ini menurut dia, memang buntut dari kondisi keuangan Garuda Indonesia yang banyak sekali mengeluarkan pembiayaan untuk pesawat karena membuka rute-rute baru terutama internasional yang kadang kalah bersaing dengan maskapai intrnasional lainnya.
"Ujungnya ketika krisis ya keuangan mereka tidak sehat," katanya.
(IND)