Menurutnya, keberhasilan ini merupakan buah upaya yang sungguh-sungguh dari seluruh pihak untuk menerapkan praktik terbaik dalam pengelolaan proyek-proyek hulu migas.
“Di PHSS, kami menerapkan pendekatan yang strategis untuk dapat memilih proyek-proyek migas yang dapat memberikan pengembalian investasi yang terbaik sesuai dengan kondisi dan tantangan bisnis serta operasional lapangan,” ujar Magfirah.
Senior Manager Subsurface Development & Planning Zona 9, Supriady menambahkan, strategi ini merupakan bagian dari komitmen untuk mempertahankan produksi di lapangan-lapangan tua (mature).
“Kami berkomitmen untuk terus berinvestasi dalam pengboran eksplorasi dan eksploitasi untuk mendukung pencapaian target produksi migas Indonesia pada 2030 sekaligus memastikan keberlanjutan produksi di lapangan-lapangan yang sudah mature,” ujarnya.
Sumur Mutiara-351 menggunakan choke berukuran 26/64” hingga 28/64” untuk mengatur laju aliran fluida dan menjaga stabilitas tekanan. Tekanan fluida di kepala tubing (Flowing Tubing Head Pressure/FTHP) tercatat hingga 270 psi, sedangkan tekanan fluida di pipa aliran (Flowline Pressure/FLP) berada pada 125 psi. Parameter ini memastikan fluida dapat mengalir dari reservoir ke permukaan dengan lancar tanpa hambatan signifikan.