sosmed sosmed sosmed sosmed
get app
Advertisement

Pabrik Amonium Nitrat Beroperasi, Erick Thohir: Kurangi Impor 21 Persen

Economics editor Suparjo Ramalan
29/02/2024 13:25 WIB
Menteri BUMN Erick Thohir optimistis pabrik Amonium Nitrat akan meningkatkan produksi dalam negeri sekaligus mengurangi ketergantungan Indonesia terhadap impor.
Pabrik Amonium Nitrat Beroperasi, Erick Thohir: Kurangi Impor 21 Persen. (Foto Setpres)
Pabrik Amonium Nitrat Beroperasi, Erick Thohir: Kurangi Impor 21 Persen. (Foto Setpres)

IDXChannel - Presiden Joko Widodo (Jokowi) meresmikan pabrik PT Kaltim Amonium Nitrat (KAN) di Bontang, Kalimantan Timur (Kaltim) pada Kamis (29/2/2024).

Pabrik dengan nilai investasi Rp1,2 triliun ini merupakan proyek bersama dari PT Dahana Investama Corp (PT DIC), PT Pupuk Kaltim, dan Wika-Sedin.

Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir optimistis pabrik Amonium Nitrat akan meningkatkan produksi dalam negeri sekaligus mengurangi ketergantungan Indonesia terhadap impor material sejenis.

Saat ini, kata dia, Indonesia masih harus mengimpor Amonium Nitrat sebanyak 21 persen dari kebutuhan nasional atau sekitar 120 ribu ton.

“Dan 79 persen (sekitar 460 ribu ton) sudah produksi dalam negeri. Dari total (kebutuhan dalam negeri) sebesar 580 ribu ton. Dengan kapasitas produksi pabrik ini sebesar 75 ribu ton, tentunya akan mengurangi yang 21 persen (kebutuhan impor) itu,” ujar Erick.

Menurutnya, produk yang dihasilkan dari pabrik ini akan digunakan untuk memperkuat industri pertahanan dan industri pupuk. 

Oleh karena itu, dirinya memberikan masukan kepada Presiden agar memanfaatkan kesempatan kunjungan kerja ke Australia ke depan agar mendorong akuisisi fasilitas penghasil bahan baku amonium nitrat.

Itu dibutuhkan, kata Erick, untuk menopang kebutuhan produksi pupuk bersubsidi yang ditetapkan naik dari 4,7 juta ton menjadi 9,5 juta ton. 

“Dan ke depan kami memperbaiki supply chain kami semoga nanti dalam perjalanan Bapak ke Australia, Bapak Presiden dapat mendorong akuisisi kita di beberapa negara untuk Phospat, yang ada di Australia dan Kanada, kami perlu percepat,” paparnya. 

“Karena memang dengan kita meningkatkan volume pupuk bersubsidi naik dari 4,7 juta ton menjadi 9,5 juta ton, pasti dibutuhkan bahan baku yang lebih pasti ke depan,” lanjut dia.

(YNA)

Halaman : 1 2 3
Advertisement
Advertisement