IDXChannel - Pelemahan rupiah yang terjadi akhir-akhir ini bukan menjadi hal baru. Adapun mata uang Garuda juga pernah tertekan, terutama saat krisis ekonomi 1998 hingga periode taper tantrum.
Melansir Google Finance, rupiah telah melemah sebesar 2,55% selama April 2024. Adapun hari ini, Jumat (26/4/2024), rupiah kembali ditutup melemah di Rp16.210 per USD.
Mengutip riset Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia (LPEM FEB UI) bertajuk Depresiasi Rupiah, Perlukah Panik?, pelemahan rupiah di 2024 ini tidak akan sedalam seperti yang terjadi pada saat krisis keuangan Asia di 1998, krisis keuangan global di 2008, maupun krisis akibat pandemi 2020, yang meningkat pesat namun pada akhirnya kembali ke level
alamiahnya.
"Kondisi pelemahan rupiah kali ini mirip seperti kejadian taper tantrum 2013, 2018, dan 2022. Pergerakan Rupiah sangat didominasi oleh sentimen pergerakan suku bunga the Fed, situasi geopolitik dan perekonomian global," demikian riset yang ditulis Nauli A. Desdiani, Zehan Pricillia, dan Jahen F. Rezki tersebut.
Namun, hal ini perlu diantisipasi karena meskipun tidak melemah secara drastis, namun pada umumnya depresiasi rupiah yang terjadi ketika periode pengetatan suku bunga AS membuat nilai mata uang persisten naik dan mencetak level alamiah yang baru.