IDXChannel - PT ASDP Indonesia Ferry (Persero) sukses meraup kinerja moncer di sepanjang 2022 lalu.
Dalam perolehan laba bersih, misalnya, ASDP mampu meraup sebesar Rp585 miliar hingga akhir tahun, yang sekaligus menjadi catatan perolehan laba tertinggi sepanjang sejarah perusahaan berdiri.
Menurut Corporate Secretary perusahaan, Shelvy Arifin, ada dua faktor utama yang berkontribusi dalam pencapaian positif tersebut.
"Pertama, dari sisi eksternal, adalah dampak pelonggaran Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) yang dilakukan oleh pemerintah," ujar Shelvy, dalam keterangan resminya, Minggu (2/7/2023).
Dengan adanya pelonggaran PPKM tersebut, menurut Shelvy, selama 2022 lalu perusahaan sangat terbantu dengan aktivitas pergerakan penumpang dan kendaraan yang telah kembali normal.
Hal tersebut terutama terjadi pada periode layanan Angkutan Lebaran dan Natal Tahun Baru, di mana oleh Shelvy diklaim terjadi tren kenaikan yang cukup stabil dengan grafik yang terus menanjak.
Bahkan, pelonggaran pergerakan kendaraan dan penumpang pasca pandemi Covid-19 diperkuat dengan telah dilakukan pencabutan PPKM oleh Pemerintah pada tanggal 30 Desember 2022 sehingga masyarakat lebih leluasa dalam melakukan perjalanan.
"Sedangkan (faktor) kedua, faktor internal, antara lain dengan pembenahan operasional dan perbaikan bisnis proses yang makin efektif dan efisien, termasuk digitalisasi ticketing di seluruh pelabuhan ASDP," tutur Shelvy.
Berdasarkan laporan kinerja konsolidasian ASDP 2022 audited Januari hingga Desember 2022 tercatat membukukan pendapatan Rp4,381 Triliun, dan laba bersih sebesar Rp585 miliar.
Catatan pendapatan 2022 tersebut telah melampaui dari total pendapatan dalam kondisi normal sebelum Covid-19 pada 2019 yang sebesar Rp3,328 triliun, dengan kenaikan mencapai 23,4 persen dibanding realisasi 2021 yang sebesar Rp3,55 triliun.
Sementara untuk raihan laba bersih, ASDP sukses mencapai 220,8 persen dari target, sekaligus mengalami pertumbuhan 79,4 persen dari laba 2021 yang sebesar Rp326 miliar.
Pencapaian kinerja positif tahun 2022 turut dikontribusikan kinerja penyeberangan baik produksi perintis dan komersial (gabungan) antara lain produksi penumpang yang mencapai sebanyak 7,6 juta orang.
Capaian tersebut naik sebesar 66 persen dibanding realisasi 2021 yang sebanyak 4,6 juta orang.
Lalu kendaraan roda dua dan tiga sebanyak 4,1 juta unit, atau 66 persen dari realisasi 2,5 juta unit. Sementara kendaraan roda empat atau lebih mencapai 4,4 juta unit, naik 48 persen dibandingkan realisasi 2021 sebanyak 2,9 juta unit.
Namun untuk capaian angkutan barang mengalami penyusutan sebesar 47 persen menjadi hanya 1,3 juta ton, dibandingkan realisasi tahun 2021 yang sebanyak 2,4 juta ton.
"Kenaikan produksi penumpang kapal penyeberangan tidak terlepas dari transformasi termasuk digitalisasi layanan yang secara berkelanjutan dijalankan perusahaan. ASDP telah melayani 7,6 juta atau naik 73 persen dari 4,4 juta penumpang tahun 2021," ungkap Shelvy.
Ditambahkannya, peningkatan jumlah penumpang juga disebabkan ketersediaan prasarana dan sarana berupa kapal, dermaga, dan pelabuhan yang memadai, serta sumber daya manusia (SDM), yang unggul dan selalu berupaya memberikan layanan terbaik kepada para pengguna jasa.
Selain itu, kinerja positif juga didukung program pengendalian biaya melalui langkah efisiensi yang ditunjukan dengan operating ratio 66,89 persen lebih rendah dibanding 2021 sebesar 72,05 persen.
Selanjutnya, posisi BOPO 2022 sebesar 86,06 persen lebih rendah dibanding 2021 sebesar 91,51 persen, di mana hal ini menunjukkan bahwa perusahaan berhasil meningkatkan efisiensinya dengan adanya pengendalian keuangan terhadap realisasi beban pokok dan beban usaha.
Berdasarkan serangkaian catatan tersebut, sebagai Badan Usaha Milik Negara (BUMN), ASDP menyetorkan dividen perusahaan sekitar Rp101 miliar kepada negara, sebagai pemegang saham perusahaan.
Setoran tersebut turut berperan dalam capaian Kementerian BUMN, yang juga baru saja mencatatkan setoran dividen terbesar sepanjang sejarah BUMN kepada negara, yang mencapai Rp80,2 triliun.
Setoran deviden tersebut terbagi dalam dua kategori, yaitu senilai Rp50,2 triliun didapat dari kelompok BUMN berstatus perusahaan terbuka (Tbk), dan sebesar Rp29,97 triliun disumbangkan oleh kelompok BUMN perusahaan non terbuka. (TSA)