IDXChannel - Bank Indonesia (BI) kembali membuat kejutan dengan memangkas suku bunga acuan atau BI rate sebesar 25 basis poin (bps) menjadi 5 persen dalam Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia (RDG BI) yang berlangsung pada 19-20 Agustus 2025.
Pemangkasan suku bunga ini merupakan level terendah sejak Oktober 2022 yang mengindikasikan fokus BI untuk mendorong pertumbuhan ekonomi di tengah tekanan global dan pelemahan nilai tukar rupiah.
Direktur Departemen Kebijakan Ekonomi & Moneter (DKEM) BI Juli Budi Winantya mengatakan, penurunan suku bunga yang berlangsung setelah meredanya perang dagang mendorong rebound di pasar saham disertai dengan menguatnya pasar Surat Berharga Negara (SBN).
"Pasar saham rebound ke level 7.862,95 pada 19 Agustus 2025 didorong oleh perkembangan negosiasi perang dagang serta optimisme pelaku pasar sejalan penurunan BI Rate," kata Juli dalam pelatihan wartawan BI di Yogyakarta, Jumat (22/8/2025).
Penurunan BI rate dan membaiknya sentimen global mendorong penurunan yield SBN 10 tahun ke level 6,40 persen pada 19 Agustus 2025.
Secara year to date (ytd), aliran modal asing ke Indonesia masih tercatat net inflows terutama dikontribusi oleh SBN dan saham, sementara SRBI net outflows.
Sementara itu, Samuel Sekuritas menilai, siklus pemangkasan suku bunga BI akan menekan imbal hasil obligasi pemerintah, sekaligus mendorong arus modal masuk ke pasar obligasi domestik.
Kondisi ini bakal meningkatkan likuiditas pembiayaan bagi pemerintah maupun korporasi, seiring ekspektasi pelonggaran kebijakan lanjutan dalam waktu dekat.
"Kondisi inflasi yang terkendali dan stabilitas nilai tukar yang relatif terjaga juga mendukung arus masuk modal ke pasar obligasi domestik. Ini akan membantu meningkatkan likuiditas dan memperkuat kapasitas pembiayaan, baik bagi pemerintah maupun korporasi," tulis Samuel Sekuritas dalam risetnya, Kamis (21/8/2028).
Sebagai informasi, inflasi utama memang naik menjadi 2,37 persen (YoY) pada Juli 2025, dari 1,87 persen di bulan sebelumnya, atau tertinggi dalam setahun dipicu oleh permintaan musiman dan kenaikan harga pangan.
Namun, angka ini masih berada dalam target BI di kisaran 2,5±1 persen untuk 2025-2026. Inflasi inti pun tetap stabil, berkat intervensi pemerintah dalam menjaga pasokan pangan.
Di sisi lain, stabilitas nilai tukar relatif terjaga yang didukung oleh kinerja perdagangan yang kuat, termasuk surplus signifikan pada kuartal II-2025, dan cadangan devisa mencapai USD152 miliar atau setara 6,3 bulan impor yakni jauh di atas ambang kecukupan internasional.
Saat ini, rupiah juga masih berada di bawah Rp16.500 per USD. Sehingga, memberikan ruang bagi BI untuk melonggarkan kebijakan moneter.
“BI juga mendapat sinyal positif dari bank sentral global, termasuk The Fed, yang mulai mengisyaratkan pelonggaran kebijakan pada akhir tahun,” tulis riset tersebut.
(DESI ANGRIANI)