"Kondisi inflasi yang terkendali dan stabilitas nilai tukar yang relatif terjaga juga mendukung arus masuk modal ke pasar obligasi domestik. Ini akan membantu meningkatkan likuiditas dan memperkuat kapasitas pembiayaan, baik bagi pemerintah maupun korporasi," tulis Samuel Sekuritas dalam risetnya, Kamis (21/8/2028).
Sebagai informasi, inflasi utama memang naik menjadi 2,37 persen (YoY) pada Juli 2025, dari 1,87 persen di bulan sebelumnya, atau tertinggi dalam setahun dipicu oleh permintaan musiman dan kenaikan harga pangan.
Namun, angka ini masih berada dalam target BI di kisaran 2,5±1 persen untuk 2025-2026. Inflasi inti pun tetap stabil, berkat intervensi pemerintah dalam menjaga pasokan pangan.
Di sisi lain, stabilitas nilai tukar relatif terjaga yang didukung oleh kinerja perdagangan yang kuat, termasuk surplus signifikan pada kuartal II-2025, dan cadangan devisa mencapai USD152 miliar atau setara 6,3 bulan impor yakni jauh di atas ambang kecukupan internasional.
Saat ini, rupiah juga masih berada di bawah Rp16.500 per USD. Sehingga, memberikan ruang bagi BI untuk melonggarkan kebijakan moneter.
“BI juga mendapat sinyal positif dari bank sentral global, termasuk The Fed, yang mulai mengisyaratkan pelonggaran kebijakan pada akhir tahun,” tulis riset tersebut.
(DESI ANGRIANI)