sosmed sosmed sosmed sosmed
get app
Advertisement

Pembangunan Proyek MRT Jakarta Fase 2A Dipastikan sesuai Target

Economics editor Heri Purnomo
27/10/2023 07:47 WIB
Progres pekerjaan MRT Jakarta Fase 2A sudah mencapai 27,27%.
Pembangunan Proyek MRT Jakarta Fase 2A Dipastikan sesuai Target. Foto: MNC Media.
Pembangunan Proyek MRT Jakarta Fase 2A Dipastikan sesuai Target. Foto: MNC Media.

IDXChannel - Kementerian Perhubungan (Kemenhub) memastikan pembangunan proyek MRT Jakarta Fase 2A berjalan sesuai rencana dan dapat beroperasi secara bertahap pada 2027-2029.

Direktur Jenderal Perkeretaapian Kemenhub, Risal Wasal, menyebutkan bahwa hingga Rabu (25/10/2023) progres pekerjaan MRT Jakarta Fase 2A sudah mencapai 27,27%.

"Melihat kondisi progres hari ini, kami sangat optimistis MRT Jakarta Fase 2A sudah bisa dioperasikan secara bertahap pada 2027 hingga 2029," tutur Risal dalam keterangan tertulis, Jumat (27/10/2023). 

Sebagai informasi, proyek MRT Jakarta Fase 2A terbagi menjadi ruas pekerjaan, mencakup CP201 (Bundaran HI - Harmoni) dengan progres 63,36%, CP202 (Harmoni - Mangga Besar) dengan progres 20,72%, dan CP203 (Mangga Besar - Kota) dengan progres 40,09%. Total panjang keseluruhan proyek ini mencapai 5,8 km dari Bundaran HI menuju Kota.

Adapun jumlah stasiun yang akan dibangun pada proyek MRT Jakarta Fase 2A mencapai 7 stasiun. Ketujuh stasiun tersebut terdiri dari Stasiun Thamrin, Stasiun Monas (CP201), Stasiun Harmoni, Stasiun Sawah Besar, Stasiun Mangga Besar (CP202), Stasiun Glodok, dan Stasiun Kota (CP203) dengan jarak antar stasiun sekitar 0,6-1 km.

Pada kunjungan kali ini, rombongan Kemenhub meninjau pembangunan jalur dan stasiun pada paket pekerjaan CP201 termasuk Stasiun Thamrin. Stasiun Thamrin nantinya akan menjadi stasiun terpanjang milik MRT Jakarta dengan panjang 440 meter dan memiliki 8 pintu masuk, dan menjadi stasiun integrasi untuk koridor Timur-Barat dan Utara-Selatan.

Terkait dengan pelaksanaan proyek pembangunan, Risal mengakui bahwa proyek MRT Jakarta Fase 2 ini memiliki tantangan yang tidak mudah. 

"Meski relatif pendek, Fase 2A ini cukup rumit sebab memiliki kondisi geografis yang lebih menantang dan banyak ditemukan artefak-artefak bersejarah serta benda-benda cagar budaya," urai Risal.

Kendati demikian, Risal mengapresiasi upaya tim MRT Jakarta, beserta para kontraktor untuk mengatasi kondisi geografis, dan menjaga aset-aset bersejarah yang ditemukan di sekitar lokasi proyek. 

Menurutnya, hal ini dapat menjadi percontohan untuk pekerjaan proyek perkeretaapian lainnya yang membutuhkan penanganan khusus, termasuk terkait pengelolaan limbah proyek.

"Perlu dilakukan pula transfer ilmu terkait penanganan limbah tanah dan konstruksi terowongan underground yang tidak mengganggu dan memberikan dampak kepada lingkungan sekitar. Penanganan pekerjaan terowongan tersebut dapat digunakan dalam pekerjaan sejenis pada project perkeretaapian ke depan seperti LRT Bali dan Urban Transport di IKN,” ungkap Risal. 

Halaman : 1 2
Advertisement
Advertisement