Porsi kekurangan tersebut dihitung dari kesenjangan antara kebutuhan konsumsi masyarakat secara nasional dengan kemampuan produksi yang dimiliki saat ini.
Karenanya, Arief menegaskan bahwa kebijakan importasi merupakan pilihan terakhir yang harus diambil demi ketersediaan beras tetap dapat terjaga.
"Walaupun sangat pahit, importasi saat ini harus dijalankan. Mungkin tidak populer Saya sampaikan, tapi tetap harus dikerjakan demi pemenuhan kebutuhan saat ini," ungkap Arief.
Arief juga memastikan bahwa importasi yang dilakukan sangat terukur, sesuai dengan kebutuhan yang ada di lapangan. Dengan demikian diharapkan tidak akan mengganggu stabilitas harga di tingkat petani.
"Salah satu indikasinya bisa dilihat dari Nilai Tukar Petani Tanaman Pangan (NTPP) saat ini adalah yang tertinggi senilai 116,16 persen. Ini yang membuat petani kita semangat untuk menanam," papar Arief.