"Pada tahun ini sampai pertengahan bulan ini baru tertanam sebanyak 2.000 hektar. Karena Pamekasan sekarang ini hampir setiap hari hujan, kami belum bisa memproyeksikan berapa produksi tahun ini,” katanya.
Sementara itu, Ketua Dewan Pimpinan Nasional (DPN) Asosiasi Petani Tembakau Indonesia (APTI), Suseno mengatakan, produksi tembakau Jatim berkontribusi sebanyak 60 persen dari produksi nasional.
Sedangkan Madura berkontribusi 60 persen dari produksi Jatim. Khusus Kabupaten Pamekasan berkontribusi 60 persen dari total produksi di Madura. “Pamekasan merupakan daerah yang penting. Jika petaninya mogok, maka seluruh pabrik rokok se-Indonesia tidak bisa produksi," katanya.
Dia menambahkan, produksi tembakau tahun ini diperkirakan hanya di kisaran 160.000 ton. Jumlah itu turun dibanding realisasi produksi tahun lalu yang 200.000 ton. Menurutnya, penurunan produksi itu akibat musim kemarau basah. Sehingga petani juga tidak berani untuk menanam tembakau dalam jumlah besar terutama di sentra-sentra penghasil tembakau. Salah satunya Pamekasan. "Daerah sentra produksi tembakau saat ini mengalami hujan yang lumayan sering. Padahal tembakau itu harus cuaca panas,” tandasnya.
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, Jatim menjadi sentra produksi tembakau karena menghasilkan 110.800 ton, disusul Temanggung Jateng 57.600 ton, Nusa Tenggara Barat (NTB) 53.100 ton, Jawa Barat 7.400 ton dan Aceh 2.100 ton. Industri Hasil Tembakau (IHT) juga tercatat sebagai sektor padat karya terbanyak dengan melibatkan 5,98 juta pekerja. Dari jumlah itu sebanyak 4,28 juta merupakan pekerja di sektor manufaktur dan 1,7 juta bekerja di sektor pertanian.
(SAN)