Namun, sepanjang 2022, guncangan geopolitik dan kenaikan suku bunga yang agresif membawa perusahaan teknologi ke jurang kerugian.
Menurut South East Asia Deal Review yang dirilis DealStreetAsia, pada 2022, startup di kawasan ini mengumpulkan total pendanaan hanya mencapai USD17,79 miliar pada saham dan debt funding, turun 31% dari tahun sebelumnya. Namun, jumlah transaksi saham disebut naik 9,6% menjadi 1.062.
"Asia Tenggara mengakhiri tahun 2022 dengan catatan rendah karena hambatan ekonomi makro dan jatuhnya harga saham yang memaksa investor untuk mengerem pendanaan," kata laporan yang ditulis DealStreetAsia, Selasa (1/2).
Sebenarnya, melambatnya tren kucuran dana startup dari para venture capital ini telah dimulai pada awal tahun lalu.
Sementara perlambatan terlihat signifikan memasuki kuartal Oktober hingga Desember 2022. Total hasil pendanaan saham turun menjadi USD2,88 miliar dan menjadi nilai kesepakatan triwulanan terendah dalam dua tahun terakhir.
"Banyak perusahaan rintisan sedang mempertaruhkan kelangsungan hidupnya. Tahun ini akan terjadi penurunan pasar dan bahkan beberapa bisnis akan mati, sementara yang lain akan diakuisisi oleh saingan yang memiliki uang lebih banyak," imbuh laporan tersebut. (ADF)