IDXChannel - Raksasa teknologi berbasis di China, Foxconn melaporkan penurunan tajam pendapatan bulanan di November tahun ini.
Kondisi ini terjadi disinyalir karena perusahaan tengah berjuang dengan kebijakan zero Covid-19 pemerintah China. Kerusuhan yang sempat terjadi antara pekerja dan aparat di pabrik iPhone terbesar di dunia tersebut juga semakin memperburuk situasi.
Perusahaan Taiwan, juga dikenal dengan nama lain Hon Hai Precision Industry Co ini melaporkan pendapatan di bulan November mencapai 551,1 miliar New Taiwan dolar atau setara USD18,05 miliar.
Angka ini turun lebih dari 29% dibandingkan Oktober dan lebih dari 11% secara year on year (yoy) dibandingkan November 2021.
Sepanjang tahun ini, Foxconn tercatat mengalami beberapa kali penurunan pendapatan. Kontraksi paling dalam terjadi pada bulan Januari mencapai 37,88%. Bulan sebelumnya, Foxconn juga masih mengalami kerugian dengan kontraksi pendapatan sebesar 5,56%.
Setidaknya, sebanyak enam bulan pendapatan Foxconn tercatat minus. Sementara bulan November menjadi bulan kelabu kembali bagi Foxconn dengan penuruan pendapatan mencapai 11,36% yoy. (Lihat tabel di bawah ini.)
Sumber: Foxconn
Adapun pendapatan kumulatif dalam sebelas bulan pertama tahun 2022 adalah NT$ 5.992,6 miliar. Angka ini naik 13,56% YoY ke rekor tertinggi baru untuk periode yang sama tahun 2021 dengan pendapatan mencapai NT$ 5.276,9 miliar.
Dampak Ketidakstabilian Politik China
Kebijakan zero-Covid-19 policy oleh rezim Xi Jinping menjadi penyebab utama kekacauan yang melanda China.
Pada akhir Oktober, pabrik Zhengzhou dilanda wabah Covid dan Foxconn berjuang untuk mengendalikannya dengan langkah-langkah seperti melakukan isolasi pekerja yang terinfeksi, dan secara efektif melakukan lockdown pabrik.
Zhengzhou, sebuah kota di China, adalah rumah bagi pabrik perakitan iPhone terbesar di dunia, yang dijalankan oleh Foxconn. Akibatnya, banyak pekerja meninggalkan pabrik tak lama setelah wabah mulai menyerang.
Bulan lalu, karyawan bentrok dengan petugas keamanan di pabrik Zhengzhou dan beberapa pekerja menggunakan media sosial untuk menyampaikan keluhan mereka atas keterlambatan pembayaran bonus.
Foxconn kemudian meminta maaf atas "kesalahan teknis" yang menyebabkan masalah gaji pekerja.
“Selain merealokasi kapasitas produksi dari berbagai pabrik, kami juga mulai merekrut karyawan baru, dan secara bertahap menuju pemulihan kapasitas produksi menjadi normal. Prospek untuk kuartal keempat diharapkan sejalan dengan konsensus pasar,” kata Foxconn dalam pers rilisnya.
Kondisi di China bisa jadi memupuskan harapan industri elektronik untuk kembali bangkit tahun ini.
Diketahui sebelumnya, data terbaru indeks manufatur China juga terpantau kurang menggembirakan.
China baru saja merilis data Indeks manajer pembelian manufaktur resmi atau manufacturing purchasing managers index (PMI) untuk bulan November pada Rabu, (30/11).
PMI negara Tirai Bambu turun menjadi 48,0 pada bulan ini. Angka ini meleset dari ekspektasi ekonom mencapai 49,0 dan tergelincir jauh di bawah bulan lalu sebesar 49,2.
Data juga menunjukkan industri China turun di periode Januari hingga Oktober.
Laba industri turun 3% dalam 10 bulan pertama tahun 2022 dibanding tahun sebelumnya. Penurunan ini lebih dalam dibanding dengan penurunan untuk periode Januari-September 2,3%, menurut data Biro Statistik Nasional yang dirilis pada hari Minggu (27/11).
Keuntungan di perusahaan industri milik negara tumbuh 1,1%, sementara di sektor swasta turun 2,1%.