primer antarentitas bisnis dan sekunder melalui bursa OJK, dapat mencapai US$1 miliar sampai dengan US$15 miliar atau setara dengan Rp230 triliun (asumsi kurs Rp15.377 per dolar AS) setiap tahunnya.
Nilai fantastis itu tak mengherankan, sebab Indonesia memiliki lahan yang dapat menyerap karbon dioksida dalam luasan yang cukup besar. Data dari Kemenko Bidang Kemaritiman dan Investasi, Indonesia memiliki hutan hujan tropis seluas 125,9 juta Ha yang mampu menyerap emisi 25,18 miliar ton.
Selain itu, Indonesia juga memiliki hutan mangrove seluas 3,31 juta ha dan lahan gambut seluas 7,5 ha yang mampu menyerap emisi karbon masing-masing sebanyak 950 juta ton per hektare dan 55 miliar ton.
Jadi, Indonesia berpotensi besar untuk menerima manfaat ekonomi dari bursa karbon.
Demikianlah ulasan singkat tentang pengaruh bursa karbon terhadap ekonomi Indonesia. (NKK)