Secara bersamaan, kredit karbon akan berpotensi menghasilkan pemasukan bagi individu, komunitas, atau perusahaan yang memiliki lini bisnis berbasis lingkungan hidup atau energi terbarukan.
Salah satu perusahaan yang menerima manfaat dari keberadaan bursa karbon adalah PT Pertamin Geothermal Tbk (PGEO), tahun lalu emiten ini menerima pemasukan dari kredit karbon senilai USD747.000 atau setara dengan Rp11,13 miliar.
Pemasukan dari kredit karbon ini bisa dimanfaatkan untuk menggerakkan proyek-proyek lain di sektor lingkungan hidup ataupun energi terbarukan. Dari sini saja, muncul perputaran ekonomi baru.
Berapa nilai yang dapat dihasilkan dari pasar atau bursa karbon? Dikutip dari Green Earth (19/9), riset dari Trove Research memperkirakan nilai pasar kredit karbon pada 2023 bisa meningkat hingga 40%, menjadi USD1,9 miliar.
Menko Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan memperkirakan perdagangan kredit karbon dalam negeri sendiri bisa menghasilkan potensi pemasukan senilai USD1 miliar sampai dengan USD15 miliar setiap tahun, setara dengan Rp225 triliun.