sosmed sosmed sosmed sosmed
get app
Advertisement

Penjualan Meningkat Karena PPnBM, Dealer Mulai Kehabisan Stok Mobil

Economics editor Ryandy Aristyo
15/03/2021 12:11 WIB
Akibat pemberlakuan pembebasan Pajak nol persen Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM) membuat masyarakat mulai berbondong-bondong membeli mobil baru.
Penjualan Meningkat Karena PPnBM, Dealer Mulai Kehabisan Stok Mobil (FOTO: MNC Media)
Penjualan Meningkat Karena PPnBM, Dealer Mulai Kehabisan Stok Mobil (FOTO: MNC Media)

IDXChannel - Akibat pemberlakuan pembebasan Pajak nol persen Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM) membuat masyarakat mulai berbondong-bondong membeli mobil baru. Akibatnya stok mobil di dealer mulai menipis.

Salah satunya seperti diungkapkan  Marketing Director PT Toyota Astra Motor, Anton Jimmy. Pihaknya saat ini tengah fokus meningkatkan produksi mobil khususnya untuk tipe 1.500 cc, seperti Avanza, Sienta, Rush, dan Yaris hingga Vios. Pasalnya, pesanan mobil baru sudah semakin banyak karena adanya pemberlakuan kebijakan pembebasan PPnBM.

"Sekarang, kami sedang memonitor kondisi stok, karena tidak mudah juga pabrik menambah kapasitas produksi dalam waktu singkat," ujar Anton ketika dihubungi, Senin (15/3/2021).

Ia menungkapkan, sejak pemberlakuan pembebasan PPnBM per 1 Maret 2021, penjualan mobil meningkat hingga 115 persen.

"Dari data 1 - 8 Maret 2021, Avanza, Sienta, Rush, dan Yaris, SPK-nya naik 94 - 155 persen dari SPK pada Februari di tanggal yang sama," kata Anton.

Sebelumnya, Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani meminta masyarakat berpendapatan menengah segera membeli mobil baru mulai Maret 2021 ini. 

"Sekarang saatnya beli mobil baru, kalau menunggu setelah Mei, harga berbeda karena PPnBM yang ditanggung pemerintah pada Juni Agustus 2021 hanya sebesar 50%, lalu pada September-Desember 2021 25%," ujar Menteri Keuangan Sri Mulyani.

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto menuturkan, saat pandemi covid-19, masyarakat kelas atas cenderung menabung lebih banyak dibandingkan masyarakat kelas bawah. 

Di samping itu, belanja masyarakat kelas atas juga cenderung berkurang signifikan dibandingkan dengan masyarakat kelas bawah. 

"Kita lihat jumlah tabungan berdasarkan kliring nominal, di atas Rp2 miliar hingga Rp5 miliar tumbuh 5,7%. Sementara yang di atas Rp5 miliar tumbuh 14,2%," bebernya. 

Menurutnya, fenomena tersebut yang mendasari pemerintah memberikan insentif kepada kelompok masyarakat kelas atas. 

Pemerintah menginginkan kelompok masyarakat itu melakukan belanja lebih banyak sehingga akan berimplikasi pada roda perekonomian. 

"Pemerintah terus berupaya memberikan berbagai insentif agar kelompok masyarakat ini bisa berbelanja," ucap dia. (RAMA)

Halaman : 1 2 3
Advertisement
Advertisement