Yeka juga mengingatkan adanya indikasi penyelundupan Minyakita sebagai akibat dari pengalaman kelangkaan minyak di 2022.
“Tahun lalu, masyarakat kita dipaksa harus antre panjang hanya untuk membeli minyak. Memori itu melekat, sehingga ketika sedikit saja minyakita mengalami keterlambatan, masyarakat akan panik,” pungkasnya.
Adapun Yeka menawarkan solusi pengawasan dengan pendekatan yang humanis tanpa merusak psikologi pelaku usaha. Pengawasan tidak humanis dinilai akan menimbulkan permasalahan baru yang membuat Minyakita semakin langka.
“Segeralah pemerintah dan polisi merumuskan langkah - langkah pengawasan. Tapi jangan membuat psikologi pelaku usaha tidak baik. Nanti toko gamau jualan dan menjadi persoalan lagi karena barang langka. Pengawasan harus humanis,” tegasnya.
(DES)