IDXChannel- Kepala Ekonom Bank Central Asia (BCA) David Sumual mengungkapkan pendanaan dari perbankan nasional untuk sektor-sektor yang terkait dengan nikel sudah relatif cukup meningkat.
Sebelumnya, Menteri Investasi Bahlil Lahadalia menyinggung perbankan nasional yang menurutnya masih enggan membiayai pembangunan industri pertambangan domestik, termasuk hilirisasi nikel.
"Sebenernya banyak bank-bank bahkan bank swasta termasuk BCA juga masuk, jadi lumayan besar exposure kita di hilirisasi nikel," jelas David dalam rangkaian acara BCA EXPOVERSARY yang digelar di ICE BSD, Tangerang, Sabtu (2/3/2024).
Menurut Sumual, perbankan nasional sudah relatif terlibat dalam upaya hilirisasi yang diinisiasi pemerintah, misalnya terkait distributor atau pemasoknya.
Diakui David, dalam pembiayaan hilirisasi nikel ini ada tantangan, yaitu dibutuhkan modal yang tidak sedikit, sumber daya manusia yang mumpuni, serta likuiditas dolar.
"Jadi memang kendalanya dari USD liquidity itu satu, karena pendanaannya kan tidak semuanya dalam rupiah, sedangkan kita tuh bank-bank nasional kuatnya di pendanaan rupiah bukan valas," tuturnya.
Sementara itu, David menilai bahwa pelemahan harga nikel di pasaran global justru menjadi peluang bagi Indonesia sendiri.
"Ada beberapa perusahaan di luar yang keluar statement, kemungkinan kita dari sisi nikel dan turunannya bisa jadi number one market player. Karena kan sekarang banyak smelter maupun tambang-tambang yang enggak sanggup dengan harga serendah ini. Jadi tewas satu-satu. Jadi kita bisa jadi pemain dominan di situ," papar David.
Menurutnya, nikel dan produk turunannya tidak hanya diincar sebagai bahan baku untuk komponen pembuatan baterai kendaraan listrik, namun juga untuk besi tahan karat atau stainless steel maupun barang-barang yang menjunjung energi baru terbarukan (EBT). (WHY)