Rizki menjelaskan, IIF juga menjadi pelopor sejumlah instrumen pembiayaan hijau di Indonesia, antara lain dengan menjadi lembaga non-bank pertama yang menerbitkan Global Sustainable Bond pada 2021, dan juga mencatat sejarah dengan menerbitkan green perpetual notes pertama yang tercatat di bursa pada 2024 lalu.
Tak hanya itu, Rizki juga menyoroti peran IIF dalam melengkapi fungsi perbankan dan pasar modal melalui produk yang meningkatkan bankability proyek.
"Alat pembiayaan ini krusial untuk memastikan proyek infrastruktur di Indonesia tidak hanya mencapai financial close, namun juga berkontribusi nyata dalam agenda transisi iklim nasional," ujar Rizki.
Bersama panelis lainnya, Rizki menekankan pentingnya kolaborasi antara DFI, perbankan, dan pasar modal.
Melalui pemanfaatan blended finance, penerapan standar ESG, serta pengembangan instrumen frontier seperti penjaminan dan pembiayaan berbasis mata uang lokal, bank kebijakan publik diyakini dapat memainkan peran strategis dalam memobilisasi triliunan dolar yang dibutuhkan negara berkembang untuk mencapai target net zero.