IDXChannel - Konsentrasi utang pemerintah yang jatuh tempo pada Oktober 2025 sekitar Rp100,7 triliun dinilai masih dalam kondisi terkendali.
Menurut Chief Economist Permata Bank, Josua Pardede, dampak dari utang jatuh tempo tersebut lebih bersifat tantangan likuiditas jangka pendek, bukan risiko solvabilitas.
Secara fiskal, lanjutnya, defisit anggaran tahun 2025 berada di kisaran 2,78 persen dari PDB, dengan saldo primer yang sempat positif pada semester I tahun ini. Hal ini menunjukkan ruang manajemen kas pemerintah memadai.
"Semua ini membuat guncangan Oktober lebih bersifat likuiditas jangka pendek, bukan risiko solvabilitas, selama pemerintah menjaga ritme penerbitan dan ketersediaan kas," ujar Josua kepada IDX Channel, Kamis (11/9/2025).
Untuk mengelola risiko ini, Josua merekomendasikan strategi kombinasi antara prefunding, operasi liabilitas, dan penguatan bantalan kas.