Hosianna memandang ada potensi pemulihan ekonomi Indonesia ke depan seiring dengan meningkatnya perdagangan dengan negeri tirai bambu tersebut.
Kedua, LCS berpotensi meningkatkan transaksi perdagangan sejalan dengan potensi mata uang kedua negara (Indonesia-China). Seperti diketahui tren volatilitas USD/IDR lebih signifikan dibandingkan CNY/IDR.
"Ada potensi penguatan dollar index DXY sehingga mata uang negara lainnya dapat berpotensi melemah atau volatil terhadap USD akibat potensi rencana tapering Des 2021 atau 2022 dan potensi kenaikan suku bunga di US mid 2023, serta tren volatilitas USD/IDR lebih signifikan dibandingkan CNY/IDR," terangnya.
Menurutnya, ada manfaat dari sisi pertukaran mata uang di mana eksportir-importir dapat terlindungi, serta kestabilan harga barang dan efisiensi biaya.
"Jadi kebijakan LCS ini juga akan melindungi eksportir dan importir, implikasinya panjang ya yaitu kestabilan harga bahan dan barang impor, serta efisiensi biaya juga karna transaksi bisa langsung," terangnya.