Dalam sambutannya, Presiden Prabowo menegaskan bahwa Indonesia harus bertransformasi dari negara pengekspor bahan mentah menjadi negara industri yang mampu menghasilkan produk bernilai tambah tinggi.
"Ini adalah visi kita ke depan. Indonesia tidak hanya menjual bahan mentah, tetapi juga menghasilkan produk jadi yang memberikan manfaat lebih besar bagi perekonomian nasional," ujar Prabowo.
Presiden juga menekankan pentingnya optimalisasi pengelolaan sumber daya alam serta pengawasan lebih ketat agar tidak terjadi penyimpangan, seperti penyelundupan emas ke luar negeri yang dapat merugikan negara.
Sementara itu, Menteri ESDM Bahlil Lahadalia menegaskan bahwa pembangunan pabrik ini merupakan bukti nyata komitmen pemerintah dalam mempercepat hilirisasi mineral. Ia menerangkan bahwa sejak 2018, Freeport diwajibkan membangun smelter sebagai syarat perpanjangan izin usaha pertambangan khusus (IUPK).
Pembangunan smelter ini menelan investasi sebesar USD4,2 miliar, dengan fasilitas pemurnian emasnya sendiri mencapai USD630 juta atau sekitar Rp10 triliun.