"Kita harus berterimakasih kepada petani, karena pertanian menjadi bantalan ekonomi dalam menghadapi pandemi," ujar Syahrul.
Sementara Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian (BPPSDMP), Dedi Nursyamsi, menjelaskan jika program utama Kementan adalah juga untuk mengantisipasi El Nino dan antisipasi krisis pangan global sebagai dampak pandemi, perubahan iklim, perang Rusia-Ukraina.
Menurutnya ketiga hal tersebut menjadi tantangan di Sektor Pertanian baik di Dunia maupun Indonesia. Perubahan iklim bisa menimbulkan gagal panen, konflik geopolitik akan menghambat dari sisi rantai pasok industri.
Salah satu dampak yang dirasakan oleh adanya konflik tersebut adalah mahalnya harga pupuk yang hingga saat ini di masih di impor dari negara tersebut. Alhasil dengan biaya pupuk yang mahal, praktik biaya produksi pertanian pun menjadi mahal.
"Untuk itu saya mengajak semua untuk menyamakan langkah dalam antisipasi masalah ini," pungkas Dedi.
(SLF)