"Obat pestisida mahal, pupuk subsidi dicabut, apalagi BBM naik. Kami mohon ke pemerintah agar kembali menyalurkan pupuk subsidi seperti ZA dan SP-36 yang dibutuhkan petani," imbuhnya.
Dikatakannya, semenjak penjualan pupuk subsidi dicabut biaya perawatan pertanian melonjak hingga tiga kali lipat. Sementara disaat pengeluaran ongkos perawatan melonjak imbas kenaikan BBM, harga-harga hasil pertanian justru malah anjlok.
Misalnya untuk komoditi tomat yang sempat menembus hingga di atas Rp10 ribu perkilogram. Kini harganya mengalami penurunan hingga ke level terendah. Bukan hanya tomat, harga burkoli juga hanya laku dijual Rp2 ribu perkilogram dan kembang kol Rp2 ribu perkilogram.
Rendahnya harga jual aneka sayuran itu sangat memukul petani karena harus bertahan hidup disaat kondisi yang sulit. "Saat ini harga jual sayuran di tingkat petani terjun bebas, bahkan ada yang tidak laku dijual sehingga dibiarkan membusuk di kebun," tuturnya.
Seperti diketahui Kementerian Pertanian (Kementan) telah menghapus penjualan pupuk subsidi bagi petani sejak bulan Juli 2022. Jenis pupuk subsidi yang dicabut tersebut dan kini dikenakan harga non subsidi di antaranya ZA, SP-36, dan Organik Granula.