sosmed sosmed sosmed sosmed
get app
Advertisement

Pikul Beban Berat, Jerman Hadapi Masalah Energi hingga Kekurangan Guru

Economics editor Dian Kusumo
27/12/2022 14:48 WIB
Jerman saat ini tengah memikul beban yang berat.
Pikul Beban Berat, Jerman Hadapi Masalah Energi hingga Kekurangan Guru . (Foto : MNC media)
Pikul Beban Berat, Jerman Hadapi Masalah Energi hingga Kekurangan Guru . (Foto : MNC media)

Di sebuah lokasi di Jerman, Sabtu tanggal 17 Desember lalu, seorang anak menderita deman, sakit tenggorokan dan amandel yang membengkak. Di praktek dokter anak, ibunya mendapat diagnosis, anaknya terserang infeksi Streptokokken A. Semua apotek yang dikontak tidak punya persediaan Penicilin yang dibutuhkan. Sementara itu keadaan si anak semakin memburuk setiap jam. Dari seorang dokter online, si ibu mendapat resep antibiotika yang bisa jadi penggantinya. Tapi obat itu juga tidak bisa ia peroleh dari apotek manapun.

Akhirnya dia berhasil memperoleh obat yang dibutuhkan dari seorang ibu lain yang sama sekali tidak ia kenal, lewat grup Whatsapp. Sangat ironis, karena obat baru berhasil ditemukan lewat kontak media sosial tujuh jam setelah diagnosis diberikan. Menurut daftar Institut Obat dan Produk Kedokteran Jerman, ada 330 obat yang persediaannya kurang atau bahkan kosong di Jerman. Terutama sirup penurun demam bagi anak-anak sudah tidak bisa dibeli lagi di apotek-apotek Jerman.

Majalah berita Jerman Der Spiegel dalam edisi 17 Desember mempublikasikan sebuah surat darurat dari Mayor Jenderal, Ruprecht von Butler kepada inspektur angkatan bersenjata Jerman setelah melakukan sebuah latihan manuver. Dari 18 panser Puma yang paling modern, tidak ada yang siap untuk dioperasikan. 

"Anda tidak bisa bayangkan penilaian apa yang diberikan pasukan bagi kehandalan alutista panser Puma. Kesiapan panser ibaratnya penarikan lotre, walaupun  sudah dipersiapkan secara intensif." 20 tahun lalu, angkatan bersenjata jerman memesan 350 buah panser Puma. Satu unit harganya 17 juta Euro. Sekarang, peralatan tempur itu tidak bisa digunakan dalam perang. Dan panser Puma bukan satu-satunya masalah dalam angkatan bersenjata Jerman. Masalah besar juga sudah terlihat baru-baru ini pada peralatan panser artileri howitzer, senapan mesin, helikoper dan kapal selam.

Ruang kelas beku, dokter sakit, digitalisasi terseok-seok

Minggu 18 Desember, pemanas ruangan sentral di sebuah sekolah di Bergisch Gladbach rusak. Di semua ruangan kelas, suhu anjlok hingga 10° Celcius. Selama beberapa hari pelajaran tidak bisa berjalan di sekolah itu. Rabu setelahnya, pemanas tetap rusak, sehingga ujian hanya bisa diadakan di beberapa ruangan di sekolah, yang mendapat bantuan darurat berupa tambahan pemanas elektrik. 
"Anak-anak tidak boleh kedinginan di sekolah", begitu peringatan Ketua Konferensi Kementerian Pendidikan, Karin Prien, pada bulan Oktober lalu.

Sebuah cuitan di Twitter dari sebuah klinik di Jerman tanggal 20 Desember lalu mengungkap: "Hari ini tiga dokter sakit, juga empat asisten dokter, termasuk di bidang terapi rasa sakit. [...] Di unit perawatan intensif banyak orang sakit. Besok ada rapat darurat karena hari libur. Saya sudah muak! Saya tidak mau melakukan itu lagi!" Gerald Gaß, Kepala Asosiasi Rumah Sakit Jerman memperingatkan, 
"Saat ini kekurangan tenaga medis antara 9 persen sampai 10 persen. Artinya, satu dari sepuluh sakit".

Gerd Landsberg dari Ikatan Kota dan Komunitas Jerman, Kamis 22 Desember menulis cuitan tentang UU yang memungkinkan orang mengajukan permintaan SIM secara online mulai akhir 2022. Masalahnya, digitalisasi belum sampai di berbagai komunitas. "Kita negara yang sangat birokratis dengan struktur yang rumit. Kita punya masalah perlengkapan dan staf. Tidak cukup hanya menyatakan, kita ingin melakukan segalanya online. Pemerintah harus melatih pekerja dan sistem." Di antara 35 negara Eropa, Jerman hanya menduduki ranking ke-21 dalam hal digitalisasi badan pemerintah.

Peralihan energi lambat, juga Deutsche Bahn

Bundesnetzagentur yaitu badan yang mengurus jaringan listrik, gas, telekomunikasi, pos dan perkeretaapian Kamis tanggal 22 Desember memperingatkan, pompa penukar panas penghangat ruangan dan mobil listrik bisa membebani jaringan listrik.

Tapi masa tunggu bagi pemasangan instalasi pompa penukar panas di Jerman biasanya antara tiga sampai sembilan bulan. Terlambatnya pasokan dan kurangnya staf ahli juga menghambat peralihan ke energi alternatif. Jerman menderita kekurangan 17 ribu ahli listrik untuk bangunan dan konstrusi.

Di hari yang sama, pekan lalu, koran Rheinische Post mengutip jawaban pemerintah Jerman bagi pertanyaan dari fraksi Partai Kristen Demokrat dan Sosialis tentang masalah perusahaan perkeretapian Deutsche Bahn yang kerap terlambat. "Masalah keterlambatan yang muncul saat ini, bagi pemerintah Jerman tidak memuaskan". Dinyatakan juga, hanya 50-60 persen kereta jarak jauh datang tepat waktu. Tahun 2022 jadi tahun di mana kereta Deutsche Bahn mencatat rekor paling sering terlambat.

(DKH)

Halaman : 1 2 3 Lihat Semua
Advertisement
Advertisement