IDXChannel - Presiden Bank Dunia David Malpass mengatakan dirinya khawatir dengan pinjaman yang diberikan China kepada negara-negara berkembang di Afrika. Malpass mendorong syarat dan ketentuan pinjaman harus lebih transparan.
Kekhawatirannya bukan tanpa alasan. Negara-negara termasuk Ghana dan Zambia sedang berjuang untuk membayar utang mereka kepada Beijing.
Negara berkembang sering meminjam uang dari negara lain atau badan multilateral untuk membiayai sektor yang akan menumbuhkan ekonomi mereka seperti infrastruktur, pendidikan dan pertanian.
Namun kenaikan suku bunga yang tajam di AS dan ekonomi utama lainnya selama setahun terakhir membuat pembayaran pinjaman menjadi lebih mahal karena banyak pinjaman dilakukan dalam mata uang asing seperti dolar AS atau Euro.
Ini adalah masalah yang sangat akut bagi ekonomi berkembang karena nilai relatif mata uang mereka sendiri jatuh.
Ini adalah "pukulan ganda dan itu berarti pertumbuhan [ekonomi] akan lebih lambat," kata Malpass dilansir BBC, Selasa (4/4/2023).
Sementara itu, China mengatakan pinjaman yang diberikan sudah sesuai dengan aturan internasional.
Beijing menjadi salah satu sumber pinjaman terbesar untuk ekonomi berkembang dalam beberapa tahun terakhir. Sebuah studi baru yang dipimpin Kiel Institute for the World Economy menunjukkan bahwa secara global China meminjamkan USD185 miliar dana talangan ke 22 negara antara tahun 2016 dan 2021.
China sendiri membantah anggapan bahwa mereka mengeksploitasi negara lain dengan dukungan keuangannya.
Pada konferensi pers minggu ini Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Mao Ning mengatakan China menghormati keinginan negara-negara terkait, tidak pernah memaksa pihak mana pun untuk meminjam uang, tidak pernah memaksa negara mana pun untuk membayar, tidak akan melampirkan persyaratan politik apa pun pada perjanjian pinjaman, dan tidak tidak mencari kepentingan pribadi politik.
Persaingan AS-China
Persaingan antara AS dan China dalam mendapatkan simpati negara di Benua Afrika juga tengah menjadi sorotan.
Wakil Presiden AS Kamala Harris pada minggu ini mengunjungi tiga negara Afrika, memperkuat indikasi persaingan yang berkembang dengan China untuk mendapatkan pengaruh di benua itu, yang sumber daya alamnya melimpah termasuk logam, seperti nikel, yang penting untuk baterai yang dibutuhkan untuk teknologi seperti mobil listrik.
"Amerika tidak akan dipandu oleh apa yang dapat kami lakukan untuk mitra Afrika kami, tetapi apa yang dapat kami lakukan dengan mitra Afrika kami," ujar Harris di Ibu Kota Ghana.