sosmed sosmed sosmed sosmed
get app
Advertisement

PMI Manufaktur Kembali ke Fase Ekspansif, Menperin: Industri Butuh Iklim Kondusif

Economics editor Nia Deviyana
01/09/2025 21:50 WIB
Peningkatan ini mengembalikan posisi ke fase ekspansi setelah lima bulan berturut-turut mengalami kontraksi.
PMI Manufaktur Kembali ke Fase Ekspansif, Menperin: Industri Butuh Iklim Kondusif. Foto: iNews Media Group.
PMI Manufaktur Kembali ke Fase Ekspansif, Menperin: Industri Butuh Iklim Kondusif. Foto: iNews Media Group.

IDXChannel - Laporan S&P Global mencatat Purchasing Managers’ Index (PMI) Manufaktur Indonesia pada Agustus 2025 tumbuh sebesar 51,5, atau naik 2,3 poin dari capaian Juli yang berada di level 49,2. 

Peningkatan ini mengembalikan posisi ke fase ekspansi setelah lima bulan berturut-turut mengalami kontraksi.

Menteri Perindustrian (Menperin) Agus Gumiwang Kartasasmita menyampaikan, lonjakan PMI manufaktur Indonesia tersebut memperlihatkan kepercayaan pelaku industri yang semakin tinggi dalam menjalankan usahanya dan bukti ketahanan industri manufaktur dalam negeri di tengah dinamika politik dan ekonomi nasional maupun global.

"Kami menyambut baik laporan PMI manufaktur bulan Agustus ini yang menunjukkan adanya pemulihan kinerja manufaktur nasional. Peningkatan ini didorong oleh bertambahnya pesanan baru, baik itu dari pasar domestik maupun ekspor, serta juga meningkatnya aktivitas pada produksi,” kata Menperin dalam keterangannya di Jakarta, Senin (1/9/2025).

Namun demikian, Menperin mengingatkan bahwa keberlanjutan tren positif industri manufaktur sangat erat kaitannya dengan stabilitas nasional. 

“Industri butuh kondisi yang kondusif dalam menjalankan operasionalnya. Situasi yang mengarah ke destabilisasi, makar, atau kerusuhan dikhawatirkan akan menurunkan kembali tingkat optimisme para pelaku industri,” kata Menperin.

Menurut Menperin, sektor manufaktur berbeda dengan sektor lain karena memiliki ekosistem yang luas dan sensitif. Manufaktur, kata dia, melibatkan banyak kegiatan, mulai dari forward linkages, backward linkages, investasi, UMR, bahan baku, logistik, hingga sumber daya energi. Semua rantai ini harus dijaga agar optimisme tetap tumbuh.

Menperin menambahkan, PMI manufaktur tidak pernah dijadikan tolak ukur oleh Kemenperin sebagai landasan menganalisa kondisi lapangan, melainkan hanya dipandang sebagai salah satu indikator tambahan untuk melengkapi analisis. 

"Bagi kami, IKI jauh lebih representatif karena melibatkan responden yang lebih besar, yaitu sebanyak 2.500–3.000 perusahaan industri dari 23 subsektor,” kata dia.

Halaman : 1 2
Advertisement
Advertisement