sosmed sosmed sosmed sosmed
get app
Advertisement

PMI Manufaktur Mulai Naik, Diklaim Dampak Tarif AS dan EU-CEPA

Economics editor Tangguh Yudha
03/08/2025 09:20 WIB
Indeks Manufaktur ISM yang tercermin lewat Purchasing Managers Index (PMI) saat ini masih dalam fase kontraksi karena di bawah level 50 poin.
Indeks Manufaktur ISM yang tercermin lewat Purchasing Managers Index (PMI) saat ini masih dalam fase kontraksi. (Foto: Reuters)
Indeks Manufaktur ISM yang tercermin lewat Purchasing Managers Index (PMI) saat ini masih dalam fase kontraksi. (Foto: Reuters)

Febri mengungkapkan, para industrialis dalam negeri juga masih menanti kepastian teknis dari kesepakatan dagang dengan Amerika Serikat, khususnya terkait isu non-tariff barriers (NTB) dan non-tariff measures (NTM). Salah satu isu yang menjadi perhatian adalah kemungkinan produk bermerek Amerika namun diproduksi di luar AS, seperti di China atau India, tetap mendapat fasilitas bebas bea masuk.

"Bagi Kemenperin, hanya barang yang benar-benar diproduksi di wilayah Amerika Serikat yang layak mendapat bea masuk nol persen,” kata Febri.

Dia juga menyoroti kekhawatiran pelaku industri terhadap keberlanjutan kebijakan Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN), khususnya untuk izin edar Handphone, Komputer Genggam, dan Tablet (HKT). Dia menegaskan, TKDN yang dibebaskan itu berlaku hanya untuk barang-barang yang tidak bisa atau belum diproduksi industri dalam negeri.

Menurut Febri, kebijakan TKDN memanfaatkan permintaan pemerintah. Dengan adanya permintaan dan kebijakan TKDN, maka akan memicu pengusaha untuk berinvestasi dan membangun pabriknya di Indonesia, karena permintaannya sudah jelas.

“Kami optimistis bahwa melalui kebijakan yang konsisten dan berpihak pada industri dalam negeri, serta menjaga keseimbangan dalam perjanjian dagang internasional, sektor manufaktur Indonesia akan kembali ekspansif,” kata Febri.

(Rahmat Fiansyah)

Halaman : 1 2 3 Lihat Semua
Advertisement
Advertisement