IDXChannel — Modernisasi sistem transportasi kereta api Indonesia menunjukkan dua sisi berbeda pada 2025, terutama pada Moda Raya Terpadu (MRT) Jakarta dan Kereta Cepat Jakarta–Bandung atau Whoosh.
Proyek MRT Jakarta Fase 2A mencatat kemajuan signifikan, sementara proyek Whoosh masih dibayang-bayangi beban utang mencapai Rp116 triliun.
Pengamat Integrasi Perkeretaapian Yomil Ravianda menilai perbedaan dinamika bisnis antara MRT Jakarta dan Whoosh menunjukkan pentingnya keseimbangan antara perencanaan finansial dan teknis.
"Kompleksitas pembiayaan infrastruktur perkeretaapian tidak hanya terletak pada besaran investasi, tetapi juga pada model bisnis yang realistis serta keberlanjutan operasional," ujarnya di Jakarta, dikutip pada Kamis (23/10/2025).
Yomil menuturkan, pembangunan proyek urban seperti MRT Jakarta telah menunjukkan kedisiplinan dalam manajemen teknis dan perencanaan keselamatan.
"Proyek seperti MRT Jakarta memperlihatkan pentingnya integrasi desain dan aspek keselamatan dalam setiap tahap pembangunan," katanya.
Dia juga menekankan, pembelajaran dari proyek Whoosh perlu dijadikan dasar untuk memperkuat struktur pembiayaan proyek strategis ke depan.
"Proyek infrastruktur berskala besar memerlukan perhitungan matang tidak hanya pada aspek teknis, tetapi juga pada proyeksi pendapatan dan kemampuan mengembalikan investasi,” ujar Yomil.
Sebagai informasi, Kementerian Keuangan menegaskan utang proyek Whoosh tidak akan dibebankan kepada Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN).
Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa menyampaikan, kewajiban cicilan tahunan sekitar Rp2 triliun akan dibayarkan melalui lembaga pengelola investasi BPI Danantara.
"Danantara memiliki kapasitas finansial karena menghimpun dividen BUMN sekitar Rp90 triliun per tahun, sehingga cukup untuk menutup pembayaran tahunan proyek Whoosh," kata dia.
Sebelumnya, proyek Whoosh mengalami pembengkakan biaya dari rencana awal sebesar USD6,07 miliar menjadi USD7,2 miliar. Kenaikan biaya tersebut membuat utang proyek meningkat hingga setara Rp116 triliun.
Di sisi lain, proyek MRT Jakarta Fase 2A menunjukkan perkembangan positif dengan capaian 50 persen hingga pertengahan 2025. Fase tersebut menghubungkan Bundaran HI hingga Stasiun Kota sepanjang 5,8 kilometer.
Pemerintah menargetkan pengembangan sistem transportasi berbasis rel terus berlanjut dengan pemerataan ke berbagai wilayah, dengan target mencapai 10.000 kilometer pada 2030.
Saat ini, jalur kereta aktif di Indonesia tercatat sepanjang 4.921 kilometer di Pulau Jawa, 168 kilometer di Sulawesi, dan 26 kilometer di Papua.
(Dhera Arizona)