sosmed sosmed sosmed sosmed
get app
Advertisement

Produksi Surplus, Rencana Impor Beras Dinilai Mengada-ada

Economics editor Rakhmatullah
15/03/2021 09:21 WIB
Kebijakan impor beras dianggap mengada-ada karena sebenarnya produksi surplus.
Kebijakan impor beras dianggap mengada-ada karena sebenarnya produksi surplus. (Foto: MNC Media)
Kebijakan impor beras dianggap mengada-ada karena sebenarnya produksi surplus. (Foto: MNC Media)

IDXChannel - Wakil Sekretaris Jenderal (Wasekjen) DPP Banteng Muda Indonesia (BMI), Mixil Mina Munir mengkritik niat Menteri Koordinator bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto dan Menteri Perdagangan, M Luthfi yang akan melakukan kebijakan impor beras sebanyak 1 juta sampai 1,5 juta ton dalam waktu dekat.

Mixil menganggap, rencana tersebut dianggap 'basi' apapun alasannya yang disampaikan oleh pemerintah. "Padahal datanya sudah jelas Indonesia sudah surplus pangan. Ketersediaan beras 14,6 juta ton, plus cadangan 6 juta ton. Lebih baik dari tahun 2020," ujarnya kepada MNC Portal Indonesia (MPI), Senin (15/3/2021).
Selain itu, alasan yang dikemukakan Airlangga bahwa rencana impor dilakukan atas dasar skema pemerintah dalam menjaga pasokan beras di dalam negeri dinilai kurang tepat. Pertama, impor 500 ribu ton untuk cadangan beras pemerintah (CBP) dan 500 ribu ton sesuai dengan kebutuhan Perum Bulog.

Kedua, penyerapan gabah oleh Perum Bulog dengan target setara beras 900 ribu ton saat panen raya pada Maret sampai Mei 2021 dan 500 ribu ton pada Juni 2021-September 2021. 

Mixil menganggap, alasan itu mengada-ada, mengingat pada bulan Februari sampai Mei 2021 ini, Indonesia masuk pada masa panen raya. Sehingga, BMI sebagai organisasi sayap PDI Perjuangan (PDIP) merasa perlu mengkritik rencana kebijakan tersebut.

"Jadi (rencana impor beras) akan menyakiti petani kalau tetap impor. Stok beras aman sampai akhir tahun 2021. Cadangan beras juga siap sampai akhir tahun," kata mantan Aktivis 98 itu. (TIA)

Berita Rekomendasi

Berita Terkait
Advertisement
Advertisement