Untuk diketahui, karet alam telah lama menjadi komoditas strategis bagi perekonomian Indonesia, terutama sebagai akselerator pembangunan daerah pedesaan di Sumatera, Jawa, dan Kalimantan.
Namun, di tengah potensinya yang besar, sektor karet alam menghadapi tantangan serius yang mengancam keberlanjutannya.
Hal tersebut diungkapkan Kepala Pusat Penelitian Karet, Suroso Rahutomo, dalam International Rubber Conference 2024 yang digelar bersama International Rubber Research and Development Board (IRRDB) dan Japan International Cooperation Agency (JICA), Yogyakarta.
"Karet alam terus memainkan peran penting di sektor pertanian Indonesia, baik dari sisi ekonomi maupun lingkungan. Kemampuan perkebunan karet dalam menyerap karbon, konservasi tanah dan air menjadikannya salah satu komoditas yang ramah lingkungan," tutur Suroso.
Meskipun perannya strategis, kinerja industri karet alam dalam negeri mengalami tren penurunan yang signifikan dalam beberapa tahun terakhir.
Data menunjukkan penurunan volume produksi domestik sebesar 3,60 persen per tahun selama lima tahun terakhir, yang mengakibatkan pasokan bahan baku ke pabrik karet remah menurun drastis.
"Kekurangan pasokan ini bahkan menyebabkan lebih dari 50 perusahaan karet remah menghentikan operasinya," kata dia.
Kondisi ini turut berdampak pada ekspor karet alam Indonesia yang turun hingga 8,36 persen per tahun. Suroso menyebut beberapa faktor penyebabnya, mulai dari rendahnya harga karet selama lebih dari satu dekade, wabah penyakit pestalotiopsis yang mengurangi produktivitas hingga 40 persen sejak 2018, hingga dampak perubahan iklim yang membuat musim menjadi terlalu kering atau basah.