IDXChannel - Pemulihan keuangan PT Waskita Karya (Persero) Tbk, tengah didorong Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) selaku pemegang saham melalui skema restrukturisasi keuangan.
Saat ini, penyehatan ini masih terkendala persetujuan pemegang obligasi dan vendor.
Pengamat Hukum Lembaga Manajemen (LM) Universitas Indonesia (UI), Toto Pranoto, menilai skema restrukturisasi akan mempercepat pemulihan keuangan emiten bersandi saham WSKT itu.
Meski mengalami hambatan atas persetujuan pemegang obligasi dan vendor, Toto memandang langkah negosiasi harus dipercepat.
Menurutnya, pemegang saham dan manajemen WSKT perlu mempercepat negosiasi dengan para kreditur dan bondholder.
Terutama mengedepankan prinsip win-win solution yang dapat diterima oleh semua pihak atau kreditur. Saat ini, 90 persen kreditur asal perbankan telah menyetujui skema restrukturisasi. Perbankan terdiri dari Himbara dan swasta.
"Upaya negosiasi dengan para kreditur dan bondholder harus lebih dipercepat, dengan prinsip yang dapat diterima semua pihak (win-win)," ujar Toto saat dikonfirmasi, Selasa (19/12/2023).
Senada, Pengamat Pasar Modal Universitas Indonesia (UI), Budi Frensidy, menilai Waskita Karya harus kembali ke bisnis utama (core bisnis) sebagai kontraktor dan bukan sebagai owner proyek.
Perusahaan konstruksi pelat merah ini disarankan lebih selektif dalam memilih proyek yang menguntungkan dan tidak cost overrun.
"Dengan fokus ke core businessnya, niscaya Waskita bisa positive cash flow dan bisa mendapatkan kepercayaan pemilik project," papar Budi.
Sebelumnya, SVP Corporate Secretary WSKT, Ermy Puspa Yunita, menyatakan pihaknya telah mendapat persetujuan dari seluruh perbankan Himbara dan sebagian perbankan swasta terkait skema restrukturisasi yang mewakili sekitar 90 persen dari nominal outstanding utang.
Persetujuan atas restrukturisasi Waskita merupakan titik penting agar dapat mengimplementasikan skema pemulihan itu, sehingga perusahaan memiliki kemampuan dalam melakukan manajemen cash flow secara optimal guna menghasilkan siklus kegiatan operasional yang lebih sustainable.