IDXChannel - Kementerian Pertanian (Kementan) memperkirakan puncak perubahan iklim ekstrem El Nino di 2023 terjadi pada Agustus mendatang. Fenomena tersebut berpotensi menyebabkan lahan-lahan pertanian mengalami kekeringan.
Normalnya, ketika masuk musim kemarau potensi kekeringan lahan sekitar 200 ribu hektare. Namun, dengan adanya El Nino ini dampak kekeringan lahan pertanian bisa mencapai 560-870 hektare.
"Upaya antisipasi dan adaptasi dampak perubahan iklim ekstrem El Nino, di mana prediksi BMKG dan organisasi iklim internasional memperkirakan akan terjadi El Nino pada semester II- 2023. Puncaknya diperkirakan pada Agustus 2023," ujar Syahrul dalam Raker bersama Komisi IV DPR RI, Selasa (13/6/2023).
Kementan telah menyiapkan beberapa langkah antisipasi untuk menghadapi kekeringan tersebut. Mengingat di beberapa negara juga sudah terjadi krisis pangan yang salah satunya disebabkan oleh perubahan iklim.
"Setiap kejadian El Nino berpotensi menyebabkan kekeringan sekitar 560-870 hektare. Pada tahun normal hanya sekitar 200 ribu hektare, El Nino juga berpotensi menyebabkan kebakaran lahan pertanian, gagal panen, dan meningkatkan intensitas serangan hama tanaman," lanjutnya.
Beberapa strategi yang disiapkan Kementan seperti identifikasi dan maping lokasi terdampak kekeringan, serta mengelompokkan menjadi daerah merah, kuning, dan hijau; Percepatan tanam untuk mengejar sisa hujan; serta peningkatan ketersediaan alsintan untuk percepatan tanam.
Selain itu pihaknya juga akan melakukan peningkatan ketersediaan air dengan membangun/memperbaiki embung, dam parit, sumur dalam, sumur resapan, rehabilitasi jaringan irigasi tersier, serta pompanisasi; Penyediaan benih tahan kekeringan dan OPT; Pengembangan pupuk organik terpusat dan mandiri; dan Dukungan pembiayaan KUR dan Asuransi Pertanian.
"Maka perlu dilakukan langkah antisipasi dan adaptasi dalam upaya mengurangi dampak penurunan produksi pangan," pungkasnya. (NIA)