Menurut dia, kehadiran pabrik baru tersebut merupakan momentum yang sangat tepat, mengingat pada 2030 kebutuhan urea diperkirakan akan mencapai 6 sampai 7 juta ton. Selain itu, dengan beroperasinya pabrik baru ini nanti, PKT siap mendukung ketahanan pangan bagi Indonesia dengan penyediaan 4,5 hingga 5 juta ton atau pemenuhan sekitar 70 hingga 80 persen kebutuhan nasional.
Tak hanya itu, kehadiran pabrik baru PKT ini nantinya diproyeksikan akan memberi kontribusi positif pada pendapatan negara. Potensi pendapatan negara dari pajak penghasilan perorangan senilai diperkirakan akan mencapai Rp20 miliar per tahun. Adapula potensi kontribusi pertumbuhan ekonomi domestik melalui porsi Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN) di proyek ini mencapai nilai Rp10 triliun. Potensi pendapatan daerah pun diprediksikan akan menyumbang senilai Rp 15 miliar per tahun.
“Ini yang kami sebut dengan multiplier effect. Karena semangat kami di PKT tentu tidak semata-mata hanya untuk profit belaka, tapi juga bagaimana segala inovasi dan aktivitas kami bisa memberikan keberkahan bagi masyarakat. Selama durasi pembangunan proyek, kami memperkirakan penyerapan tenaga kerja 10.000 orang saat masa puncak konstruksi dan sebanyak 400 orang saat operasional,” pungkas Rahmad.
Dia juga berharap proyek tersebut bisa mendorong tumbuhnya bisnis pendukung kawasan. Sebagaimana praktik-praktik pemberdayaan masyarakat yang telah sukses dilakukan di Bontang yang bisa diimplementasikan juga di Fakfak.
(FRI)