sosmed sosmed sosmed sosmed
get app
Advertisement

‘Ramalan’ Resesi di 2023, Bunga Cicilan Naik sampai Bayar Utang Sulit

Economics editor Maulina Ulfa - Riset
05/10/2022 16:42 WIB
Ramalan tentang akan terjadinya resesi di tahun depan semakin buruk. Cicilan hingga utang luar negeri bisa melesat.
‘Ramalan’ Resesi di 2023, Bunga Cicilan Naik sampai Bayar Utang Sulit. (Foto: MNC Media)
‘Ramalan’ Resesi di 2023, Bunga Cicilan Naik sampai Bayar Utang Sulit. (Foto: MNC Media)

Bagi importir BBM seperti Indonesia, kondisi ini tentu sangat membebani neraca perdagangan karena RI masih membeli BBM dengan menggunakan kurs dolar. Tak heran jikalau harga BBM juga meroket di pasaran.

Konsekuensinya sangat buruk bagi orang miskin di seluruh dunia, terutama di saat upah stagnan bagi sebagian besar pekerja.

The Black Sea Grain Initiative yang dipimpin oleh PBB sebelumnya disebutkan berdampak signifikan dalam menurunkan harga pangan global.  Namun, peran spekulan menambah riuh dan kisruh kondisi pasar dalam konteks kontrak berjangka, pertukaran komoditas, dan perdagangan bursa.

Dalam kondisi seperti ini, perusahaan multinasional yang memiliki pangsa pasar yang besar lebih memperdulikan untuk mengambil keuntungan yang tidak semestinya dengan adanya konteks krisis ini.

Krisis Utang Membayangi

Sebanyak 60% negara berpenghasilan rendah dan 30% negara dengan ekonomi berkembang akan menghadapi fase kesulitan utang dan kemungkinan tingginya krisis utang global, menurut laporan UNCTAD.

Negara-negara yang menunjukkan tanda-tanda kesulitan utang sebelum pandemi di antaranya Sri Lanka, Suriname, dan Zambia dan semakin terpukul oleh perlambatan ekonomi global.

Dampak perubahan iklim juga meningkatkan risiko ketidakstabilan ekonomi di negara-negara berkembang yang berhutang.

Kondisi inilah yang disebut UNCTAD dalam laporan terbarunya mengancam pertumbuhan ekonomi dan membuat hidup lebih sulit bagi perusahaan, rumah tangga, dan pemerintah yang memiliki hutang banyak, termasuk Indonesia.

Adapun menurut Bank Indonesia (BI) utang Luar Negeri (ULN) Indonesia pada Juli 2022 tercatat kembali menurun. Posisi ULN Indonesia pada akhir Juli 2022 sebesar USD400,4 miliar atau Rp6.127 triliun, turun dibandingkan dengan posisi ULN pada bulan sebelumnya sebesar USD 403,6 miliar.

Kenaikan suku bunga di negara-negara maju menjadi pukulan paling keras bagi negara yang berutang dan berkembang.

Sekitar 90 negara berkembang mengalami pelemahan mata uang terhadap dolar tahun ini. Banyak negara berkembang diproyeksikan telah menghabiskan sekitar USD379 miliar cadangan devisa untuk mempertahankan mata uang mereka tahun ini. (ADF)

Halaman : 1 2 Lihat Semua
Advertisement
Advertisement