Menurut Riza, daya beli ini akan mempengaruhi pertumbuhan ekonomi dari sisi pengeluaran terlebih konsumsi rumah tangga.
Riza menjelaskan middle income class sudah mulai makan tabungan, kemudian ada badai PHK di industri manufaktur terjadi. Masih banyak persoalan dari sektor industri manufaktur yang berdampak pada pendapatan rumah tangga.
"Jadi intinya adalah kalau dari sisi makro, asumsi dasar makro, untuk RAPBN 2025 ini tidak seoptimis tahun-tahun sebelumnya, namun lebih rasional, sehingga diharapkan nanti target-target pembangunan dan sasarannya mudah-mudahan bisa tercapai di tahun depan," jelas Riza.
"Namun perlu beberapa perhatian tadi, secara sektoral, perlu perhatian lebih, terutama pada middle income class, karena pertumbuhan ekonomi kita ini masih bergantung pada konsumsi rumah tangga, 50 persen lebih, terhadap pembentukan PDB, kemudian dari sektoral juga, kita perlu perhatikan lagi, sektor pertanian terutama, dan sektor industri manufaktur," katanya.
Meski begitu, RAPBN 2025 yang sudah disampaikan Presiden Joko Widodo (Jokowi) dinilai Indef lebih ke pesimis, karena melihat dari pertumbuhan ekonomi saja kurang lebih sama untuk target yang dicanangkan oleh pemerintah di 5,2 persen.
(Selfie Miftahul Jannah)