Berbeda dengan minyak, kendala penyaluran gas bumi di Indonesia berasal dari infrastruktur jaringan gas yang belum terintegrasi, terutama untuk jaringan gas Batang-Cirebon yang bisa menyerap kelebihan pasokan dari Jawa Timur.
"Kita harapkan Batang-Cirebon tersambung di 2025 sehingga kelebihan gas dari Jawa Timur bisa dialirkan ke Jawa Barat, demikian juga pumping di Natuna bisa dialirkan ke Batam. Jadi, saat ini gas Natuna mengalir ke Singapura, kita harapkan kelebihan gasnya bisa juga diserap oleh Batam. Sehingga gas dari Sumatera Bagian Tengah juga bisa dialirkan untuk men-support Jawa Barat," kata dia.
Selain lifting migas, SKK mencatat realisasi contingent resources atau sumber daya kontinjensi mencapai 1.164 juta barel standar minyak (MMBOE), atau 763 persen dari target 152,5 MMBOE.
"Untuk target 2024, 305 MMBOE outlooknya diperkirakan 1.255. Kemudian realisasi semester I-2024 sudah 1.164 MMBOE," katanya.
Kemudian realisasi rasio penggantian cadangan migas (reserves replacement ratio/RRR) sebesar 19 persen, di bawah target sebesar 94 persen.
Selanjutnya, realisasi cost recovery masih terkendali di angka USD3,3 miliar, sedikit di bawah target semester I-2024 yang sebesar USD3,47 miliar. Pada akhir tahun, SKK migas memperkirakan cost recovery berada pada USD8 miliar atau lebih rendah dari target USD8,25 miliar.
(NIA)