sosmed sosmed sosmed sosmed
get app
Advertisement

Resesi Global di Depan Mata, Ancaman PHK Kian Nyata?

Economics editor Tim Litbang MPI
11/10/2022 13:21 WIB
perekonomian nasional indonesia dalam kondisi yang cukup kuat dan tangguh, sehingga diperkirakan dapat bertahan saat gelombang resesi menerpa.
Resesi Global di Depan Mata, Ancaman PHK Kian Nyata? (foto: MNC Media)
Resesi Global di Depan Mata, Ancaman PHK Kian Nyata? (foto: MNC Media)

IDXChannel - Kondisi perekonomian dunia yang sedang dihimpit berbagai tekanan, mulai dari krisis energi hingga lonjakan inflasi, membuat ancaman terjadinya resesi global kian di depan mata.

Berbagai pengamat ekonomi, mulai dari domestik hingga luar negeri, seakan kompak dalam memperkirakan bahwa datangnya momen resesi di tahun depan, seolah tak dapat dielakkan lagi.

Namun demikian, sejumlah pihak meyakini bahwa perekonomian nasional indonesia dalam kondisi yang cukup kuat dan tangguh, sehingga diperkirakan dapat bertahan saat gelombang resesi menerpa. Karenanya, meski tetap akan terdampak, namun pengaruhnya diprediksi tidak akan terlalu signifikan.

"Dampaknya Saya yakin tidak akan terlalu terasa di Indonesia. Termasuk juga kalau kita bicara soal potensi terganggunya dunia usaha, sampai mungkin memicu gelombang PHK (pemutusan hubungan kerja), saya yakin tidak akan terjadi (di Indonesia)," ujar Ketua Umum Himpunan Pengusaha Pribumi Indonesia (Hippi) DKI Jakarta, Sarman Simanjorang, kepada MNC Portal Indonesia, Senin (10/10/2022).

Potensi gelombang PHK tersebut, menurut Sarman, lebih akan berpotensi terjadi di negara-negara yang terdampak kondisi resesi, seperti di negara-negara Eropa. Sementara kalau pun bakal terjadi di dalam negeri, Sarman yakin jumlahnya tidak akan terlalu mengkhawatirkan.

"Ketika pemerintah mampu menjaga iklim investasi dan usaha yang kondusif, kemudian memanfaatkan potensi ekonomi yang kita miliki, saya sangat yakin bahwa PHK itu tidak akan terjadi (di Indonesia). Sekali pun ada, tidak akan ekstrem," tutur Sarman.

Namun demikian, bila nantinya pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2023 tidak mampu mencapai target sebesar 5,5 persen, Sarman mengakui ada potensi dampak resesi bakal lebih terasa dibanding prediksi semula.

"Misal (pertumbuhan ekonomi) hanya tercapai 4,7 atau 4,9 persen, maka (resesi) tetap akan ada dampaknya. Tapi tentu penurunan itu tidak terjadi secara drastis. Tetap ada step-stepnya," ungkap Sarman.

Sarman mencontohkan, dampaknya akan terasa oleh pengusaha yang bergerak dibidang ekspor. Bisnis mereka akan mengalami penurunan permintaan karena negara-negara tujuan ekspor itu mungkin mengalami krisis global. 

"Tapi itu juga hanya untuk sebagian pengusaha saja, artinya ekonomi kita tetap akan bergeliat," papar Sarman.

Namun, Direktur Center of Economic and Law Studies (Celios) Bhima Yudhistira, memiliki pandangan yang berbeda. Menurutnya, resesi ini akan mengancam pekerja-pekerja ataupun buruh yang bekerja di startup. 

Lebih lanjut Bhima mengatakan, saat ini startup tengah menunda rekrutmen tenaga kerja baru. Artinya, jika resesi ini sungguh terjadi, maka diproyeksikan tren PHK akan terus meningkat. 

"Risiko PHK bukan akan terjadi tapi sudah terjadi dan trennya akan terus meningkat. Dulu startup menjadi primadona saat puncak pandemi dan bisa jadi bantalan serapan tenaga kerja. Saat ini startup ikut lakukan efisiensi PHK atau setidaknya tunda rekrutmen tenaga kerja baru," ujar Bhima, dalam kesempatan terpisah.

Tak hanya di sektor startup, Bhima bilang ancaman ini juga akan menyenggol sektor pertanian. Dia menerangkan bahwasanya sektor pertanian yang sebelumnya menjadi penampung lonjakan pengangguran dari sektor formal, kondisinya mulai berubah sejak nilai tukar petani sektor tanaman pangan dibawah 100. 

"Artinya menjadi petani tidak menguntungkan. Alhasil industri terpengaruh resesi, pertanian tanaman pangan sedang hadapi tekanan maka 4 juta angkatan kerja baru terancam jadi pengangguran," tandas Bhima. (TSA)

Halaman : 1 2 3
Advertisement
Advertisement